Catatan dari Afsel
Kemarin malam, saat Jerman bentrok lawan Inggris, kalau Anda sempat mengamati ketika lagu kebangsaan masing-masing negara diperdengarkan, pasti ada seorang pemain yang tampak diam saja. Dialah Mesut Oezil, pemain andalan Jerman keturunan Turki, yang seperti biasa terlihat bungkam sementara teman setimnya khusyuk menyanyikan lagu nasional. Lantas apa yang dilakukan Oezil dalam beberapa menit yang penuh emosional itu?
“Aku melafalkan dalam hati beberapa ayat suci Al-Quran. Dengan ayat (Al-Quran) itu aku seperti dapat ‘kekuatan’ lebih. Hati jadi tenang, tidak tegang. Jika aku tak melakukannya, perasaanku serasa tak nyaman, ada yang kurang,” ujar Oezil kepada Express, harian Jerman yang terbit di Koln.
Pemain yang membawa Timnas Jerman U-21 sebagai juara Eropa 2009 itu juga mengaku sewaktu masih berada di kamar ganti dia tak henti memanjatkan doa. Tak cukup disitu, sesaat sebelum pluit kick-off dibunyikan, Oezil pernah tertangkap kamera sedang menadahkan tangannya sambil komat kamit bermohon kepada Allah.
“Aku berdoa bagi diriku sendiri, bagi semua anggota tim agar diberikan kesehatan dan dimudahkan untuk bisa meraih sukses. Masalah nasionalisme jangan diperdebatkan lagi. Aku sudah cukup bangga dengan mendengarkan lagu kebangsaan Jerman,” tegas pemain berusia 22 tahun yang berposisi sebagai pengatur serangan di lini tengah.
Pemain yang mengidolakan Zinedine Zidane dan saat ini main bersama Werder Bremen itu, juga mengharamkan daging babi. Sebagai catatan, di Jerman babi adalah makanan harian, seperti daging lembu atau kambing di tempat kita. Kehidupan Mesut Oezil memang banyak dipengaruhi oleh keluarga ayahnya yang asli Turki. Bagi orang Jerman sendiri, agama adalah masalah pribadi. Umumnya tak berani mengusik terlalu jauh perihal keyakinan seseorang. Anggapan mereka, tiap orang punya ruang privasi dan cara sendiri dalam mengungkapkannya. Namun, bagi sebagian yang belum paham, tentu saja apa yang dilakukan Oezil sebagai hal yang tak biasa atau asing.
Kebiasaan Oezil, yang tak umum di mata orang Jerman itu, pertama kali terkuak tatkala dia melakoni debut bersama ‘Tim Panser’ di pertandingan persahabatan melawan Afrika Selatan, 5 September 2009 silam. Kala itu, Oezil yang dipercaya memegang ban kapten mencetak sebuah gol. Di Jerman, sontak figur Mesut Oezil jadi pembicaraan hangat. Media dan pengamat bola tak henti mengulasnya. Bahkan, dia diidolakan anak-anak muda, terutama Turki. Oezil jadi kebanggaan, karena belum pernah ada sebelumnya dalam sejarah sepakbola Jerman ada orang Turki yang diberi peran lebih.
Franz Joseph Wagner, kolumnis harian terkemuka Jerman, Bild, menulis dalam kolomnya: “Siapa yang tak bangga dengan Oezil, bintang muda kesebelasan nasional. Ayahnya Turki dan ibu Jerman. Dibesarkan di Gelsenkirchen. Bukankah ini impian kita, melihat masa depan Jerman?”. “Unser Messi ist Özil, (Messi kami adalah Oezil)” kata Horst Hrubesch, mantan punggawa Jerman kala menjuarai Piala Eropa 1980 dan runner-up PD 1982, dalam satu wawancara dengan Bild. Mesut Oezil sendiri merupakan mantan anak didik Hrubesh di Timnas junior U-21. Nah, kabarnya ada sebagian warga Turki yang menanyakan kenapa Oziel tak memperkuat Timnas Turki saja, tanah leluhurnya.
“Saya sudah 40 tahun tinggal dan bekerja di Jerman. Oezil lahir dan besar di sini. Jerman adalah tanah air kedua bagi kami. Ada memang yang kecewa, kenapa tidak main untuk Turki yang negeri leluhurnya. Saking banyaknya yang tanya, dia pernah sampai harus memblok home page-nya,” ujar Mustafa, ayahanda Mesut Oezil seperti dikutip Express. “Mesut dalam bahasa Turki artinya ‘beruntung’,” imbuh Mustafa. Semoga begitu adanya!(zulkarnaen jalil)
www.serambinews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar