Jumat, 23 Juli 2010

Wahai Dosen, Berbicaralah dengan Bahasa Manusia!

http://voa-islam.com Itulah teriakan para mahasiswa kepada dosennya, yang mungkin nggak pernah tersampaikan, dan saya yakin akan menjadi blunder kalau diungkapkan. Kecuali bagi para mahasiswa yang memiliki kebebasan nilai IPK, kebebasan pola pikir, kebebasan penelitian, kebebasan finansial dan kebebasan ketergantungan serta ketaatan kecuali kepada satu yang Diatas. Mahasiswa pedjoeang yang tetap mau mengatakan kebenaran meskipun itu sangat sulit, pahit dan sakit. Tidak saya rekomendasikan, karena ungkapan semacam "Sensei no jugyo wa sonna naiyo deshitara, i-me-ru de okutta hou ga yoi dewanai deshouka?" (kalau isi kuliahnya kayak gitu, lebih baik kalau anda kirimkan ke saya lewat email saja prof) :) , saya jamin akan membuat nilai kita jadi Fuka alias tidak lulus. Jangan dilakukan, cukup saya yang jadi korban harus mengambil mata kuliah yang sama selama tiga tahun berturut-turut, sampai akhirnya harus puas mendapatkan nilai Ka alias C dari sang Professor. Professorku yang akhirnya jadi sahabatku dan membimbing penelitianku, meskipun tetap tidak bisa menghilangkan cacat nilaiku.




Saya mengajak bapak ibu dosen untuk mencoba memikirkan kembali hakekat kita ngajar. Ngajar mahasiswa mengandung makna besar mendidik dan membina generasi muda kita. Dalam sejarah kebangkitan bangsa-bangsa, peran mahasiswa selalu tercatat, menjadi garda depan perubahan, kontribusinya sangat besar dan dominan. Mahasiswa adalah anasirut taghyir alias agen perubahan yang akan mewarnai masa depan dan membentuk karakter suatu bangsa. Bayangkan, pendidikan dan pembinaan orang-orang seperti itu diserahkan ke kita, para dosen dan pendidik. Beban berat yang harus kita pikul dan perlu perdjoeangan untuk melaksanakannya dengan sungguh-sungguh.

Saya sempat melakukan studi kecil-kecilan, tentang harapan mahasiswa kepada dosennya. Dosen seperti apa yang sebenarnya mereka harapkan. Cukup menakjubkan, bahwa mahasiswa sangat jujur menilai kita. Sebenarnya posting ini adalah satu otokritik kepada diri saya sendiri, karena masih banyak karakter saya yang mungkin tidak diharapkan oleh mahasiswa. Kalau kita simpulkan ada empat karakteristik dosen yang diharapkan mahasiswa, dan jujur saja akan mereformasi dan mengantarkan kita menjadi sosok Dosen 2.0


  1. Memiliki Kemampuan Verbal: Pintar jangan untuk diri sendiri, tapi juga untuk orang lain. Bahasa gampangnya, permintaan mahasiswa kepada kita supaya belajar untuk mengajar, dan bukan hanya belajar untuk diri kita sendiri. Dosen diharapkan punya keseimbangan dalam pengetahuan taksit (know-how dan pengalaman lapangan) dan pengetahuan eksplisit (tertulis di textbook dengan berbagai teoritikalnya). Beri mahasiswa lebih banyak pengetahuan taksit karena know-how dan pengalaman lapangan yang kita miliki akan membuka wawasan mereka lebih luas. Memanjang-lebarkan penjelasan ke bahasan yang sudah jelas bin cetho tertulis di buku akan membuat kuliah kita jadi kering, garing dan membosankan. Kebiasaan kita dalam menggunakan bahasa sulit dalam menjelaskan suatu hal juga dikritik, ditambah dengan nafsu untuk memasukkan semua materi kuliah ke slide presentasi. Jangan buat kacamata kita semakin tebal, itu harapan para mahasiswa :) Mari kita gunakan bahasa manusia yang baik dan benar, dosen datang untuk memahamkan ke mahasiswa, bukan untuk menambah pusing mahasiswa yang sudah pusing dengan tugas mandiri, UTS dan UAS :)
  2. Memiliki Kemampuan Tulis : Kritikan paling tajam adalah kebiasaan kita menggunakan bahasa tulis ala paper yang dingin dan formal. Ngeblog adalah terapi yang sangat efektif mengatasi kelemahan kita yang tidak terbiasa menggunakan bahasa manusia dalam menulis. Posting artikel populer dalam bentuk journal pribadi yang banyak menggunakan ungkapan hati ala blog, akan mereformasi gaya tulisan kita. Menulislah dengan hati, karena kekuatan kata-kata kita akan memberikan motivasi tinggi kepada para mahasiswa dan mahasiswi. Jangan pernah nyontek tulisan orang lain karena itu akan blunder, membuat generalisasi negative image ke semua perilaku kita. Apalagi kalau menerapkan standard ganda dengan membuat tidak lulus mahasiswa yang melakukan copy-paste pada laporan tugas mandirinya. Kegiatan copy-paste mahasiswa kadang harus disikapi dengan bijak, mungkin mereka belum kita ajarkan tentang peraturan APA masalah pengambilan referensi dan pembuatan kutipan. Justru copy-paste yang dilakukan dosen dan pendidik adalah penghianatan besar, membuat damage yang sangat luas ke lingkungan dan kegiatan hina yang tidak termaafkan.
  3. Open Mind dan Karakter Berbagi : Terbuka, jujur dan mau menerima kritik adalah sifat penting yang diharapkan mahasiswa ke dosennya. Karakter ringan tangan, senang berbagi ilmu dan project ;) , mau bergaul dengan mahasiswa dan bahkan mendekati mereka dengan "bahasa mereka" adalah sifat yang menentramkan mahasiswa. Mahasiswa, selain sebagai murid, juga adalah teman, partner dan customer dari sang dosen. Janganlah dosen bersifat terlalu jaim, jayus apalagi jablai, karena itu akan membuat mahasiswa makin tidak simpatik. Kalau sudah nggak simpatik, sebaik apapun ilmu pengetahuan dan nasehat yang kita berikan akan hancur, musnah dan mahasiswa akan main hati. Mari kita menjaga hati mereka Kadang mengikuti behavior mereka dengan membuat account friendster dan facebook juga bukan pilihan buruk. Meminta mereka membuat laporan dalam bentuk tulisan lewat fitur blog di friendster kadang saya lakukan untuk men-terapi mahasiswa-mahasiswa saya yang sudah sulit dikendalikan lewat cara konvensional
  4. Memiliki Kemampuan Teknis : Cukup mengejutkan bahwa technical skill ternyata bukan hal utama yang diharapkan oleh mahasiswa ke dosennya. Sudah menjadi hal yang jamak bahwa kemampuan teknis khususnya yang berhubungan dengan pengetahuan eksplisit, sebenarnya bisa didapat dari berbagai literatur, buku dan ebook yang didapat dengan mudah oleh mahasiswa lewat internet. Perlu saya beri catatan khusus, pada jurusan computing, mahasiwa kita kadang punya technical skill yang lebih tinggi daripada kita, misalnya berhubungan dengan programming, troubleshoting, dan trend teknologi. Berkata tidak tahu, adalah suatu hal yang biasa dalam iklim pendidikan di kampus. Mengungkapkan akan mencoba mempelajari masalah itu dan dijadikan bahan diskusi pertemuan pekan depan, adalah jawaban dosen pedjoeang yang jujur dan bertanggungjawab. 
Untuk para dosen, sekali lagi, anak-anak muda, para pembaharu dan penentu masa depan bangsa ada di depan kita. Kitalah yang menentukan apakah mereka akan menjadi seorang pemimpin besar, mujaddid besar, dan ilmuwan besar, yang akan memperbaiki republik ini.

Untuk para mahasiswa, beri kami kesempatan untuk berbenah dan memperbaiki diri. Insya Allah kami akan berusaha menjadi pembimbing dan pendidik yang baik untuk anda sekalian. Kami tidak menginginkan apapun dari kalian semua, selain harapan supaya mahasiswa tetap komitmen untuk belajar dan berdjoeang keras, serta pantang menyerah. Hentikanlah sikap main-main, selalu jaga karakter serius dan profesional dalam kegiatan berhubungan dengan tugas belajar. Bersikaplah seperti layaknya seorang ksatria dan agen perubahan, yang akan mengantarkan republik ini ke jalan yang lebih baik. ( Romi Satria Wahono)

    12 Hadits Lemah dan Palsu Seputar Ramadhan

    Islam adalah agama yang ilmiah. Setiap amalan, keyakinan, atau ajaran yang disandarkan kepada Islam harus memiliki dasar dari Al Qur’an dan Hadits Nabi shallallahu’alaihi wa sallam yang otentik. Dengan ini, Islam tidak memberi celah kepada orang-orang yang beritikad buruk untuk menyusupkan pemikiran-pemikiran atau ajaran lain ke dalam ajaran Islam.


    Karena pentingnya hal ini, tidak heran apabila Abdullah bin Mubarak rahimahullah mengatakan perkataan yang terkenal:

    الإسناد من الدين، ولولا الإسناد؛ لقال من شاء ما شاء

    “Sanad adalah bagian dari agama. Jika tidak ada sanad, maka orang akan berkata semaunya.” (Lihat dalam Muqaddimah Shahih Muslim, Juz I, halaman 12)

    Dengan adanya sanad, suatu perkataan tentang ajaran Islam dapat ditelusuri asal-muasalnya.
    Oleh karena itu, penting sekali bagi umat muslim untuk memilah hadits-hadits, antara yang shahih dan yang dhaif, agar diketahui amalan mana yang seharusnya diamalkan karena memang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam serta amalan mana yang tidak perlu dihiraukan karena tidak pernah diajarkan oleh beliau.

    Berkaitan dengan bulan Ramadhan yang penuh berkah ini, akan kami sampaikan beberapa hadits lemah dan palsu mengenai puasa yang banyak tersebar di masyarakat. Untuk memudahkan pembaca, kami tidak menjelaskan sisi kelemahan hadits, namun hanya akan menyebutkan kesimpulan para pakar hadits yang menelitinya. Pembaca yang ingin menelusuri sisi kelemahan hadits, dapat merujuk pada kitab para ulama yang bersangkutan.

    Hadits 1

    صوموا تصحوا

    “Berpuasalah, kalian akan sehat.”

    Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Nu’aim di Ath Thibbun Nabawi sebagaimana dikatakan oleh Al Hafidz Al Iraqi di Takhrijul Ihya (3/108), oleh Ath Thabrani di Al Ausath (2/225), oleh Ibnu ‘Adi dalam Al Kamil Fid Dhu’afa (3/227).

    Hadits ini dhaif (lemah), sebagaimana dikatakan oleh Al Hafidz Al Iraqi di Takhrijul Ihya (3/108), juga Al Albani di Silsilah Adh Dha’ifah (253). Bahkan Ash Shaghani agak berlebihan mengatakan hadits ini maudhu (palsu) dalam Maudhu’at Ash Shaghani (51).

    Keterangan: jika memang terdapat penelitian ilmiah dari para ahli medis bahwa puasa itu dapat menyehatkan tubuh, makna dari hadits dhaif ini benar, namun tetap tidak boleh dianggap sebagai sabda Nabi shallallahu’alaihi wa sallam.

    Hadits 2

    نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ ، وَصُمْتُهُ تَسْبِيْحٌ ، وَدُعَاؤُهُ مُسْتَجَابٌ ، وَعَمَلُهُ مُضَاعَفٌ

    “Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah, diamnya adalah tasbih, do’anya dikabulkan, dan amalannya pun akan dilipatgandakan pahalanya.”

    Hadits ini diriwayatkan oleh Al Baihaqi di Syu’abul Iman (3/1437).

    Hadits ini dhaif, sebagaimana dikatakan Al Hafidz Al Iraqi dalam Takhrijul Ihya (1/310). Al Albani juga mendhaifkan hadits ini dalam Silsilah Adh Dha’ifah (4696).

    Terdapat juga riwayat yang lain:

    الصائم في عبادة و إن كان راقدا على فراشه

    “Orang yang berpuasa itu senantiasa dalam ibadah meskipun sedang tidur di atas ranjangnya.”

    Hadits ini diriwayatkan oleh Tammam (18/172). Hadits ini juga dhaif, sebagaimana dikatakan oleh Al Albani di Silsilah Adh Dhaifah (653).

    Yang benar, tidur adalah perkara mubah (boleh) dan bukan ritual ibadah. Maka, sebagaimana perkara mubah yang lain, tidur dapat bernilai ibadah jika diniatkan sebagai sarana penunjang ibadah. Misalnya, seseorang tidur karena khawatir tergoda untuk berbuka sebelum waktunya, atau tidur untuk mengistirahatkan tubuh agar kuat dalam beribadah.

    Sebaliknya, tidak setiap tidur orang berpuasa itu bernilai ibadah. Sebagai contoh, tidur karena malas, atau tidur karena kekenyangan setelah sahur. Keduanya, tentu tidak bernilai ibadah, bahkan bisa dinilai sebagai tidur yang tercela. Maka, hendaknya seseorang menjadikan bulan ramadhan sebagai kesempatan baik untuk memperbanyak amal kebaikan, bukan bermalas-malasan.

    Hadits 3

    يا أيها الناس قد أظلكم شهر عظيم ، شهر فيه ليلة خير من ألف شهر ، جعل الله صيامه فريضة ، و قيام ليله تطوعا ، و من تقرب فيه بخصلة من الخير كان كمن أدى فريضة فيما سواه ، و من أدى فريضة كان كمن أدى سبعين فريضة فيما سواه ، و هو شهر الصبر و الصبر ثوابه الجنة ، و شهر المواساة ، و شهر يزاد فيه رزق المؤمن ، و من فطر فيه صائما كان مغفرة لذنوبه ، و عتق رقبته من النار ، و كان له مثل أجره من غير أن ينتقص من أجره شيء قالوا : يا رسول الله ليس كلنا يجد ما يفطر الصائم ، قال : يعطي الله هذا الثواب من فطر صائما على مذقة لبن ، أو تمرة ، أو شربة من ماء ، و من أشبع صائما سقاه الله من الحوض شربة لايظمأ حتى يدخل الجنة ، و هو شهر أوله رحمة و وسطه مغفرة و آخره عتق من النار ،

    “Wahai manusia, bulan yang agung telah mendatangi kalian. Di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari 1. 000 bulan. Allah menjadikan puasa pada siang harinya sebagai sebuah kewajiban, dan menghidupkan malamnya sebagai ibadah tathawwu’ (sunnah). Barangsiapa pada bulan itu mendekatkan diri (kepada Allah) dengan satu kebaikan,  ia seolah-olah mengerjakan satu ibadah wajib pada bulan yang lain. Barangsiapa mengerjakan satu perbuatan wajib, ia seolah-olah mengerjakan 70 kebaikan di bulan yang lain. Ramadhan adalah bulan kesabaran, sedangkan kesabaran itu balasannya adalah surga. Ia (juga) bulan tolong-menolong. Di dalamnya rezki seorang mukmin ditambah. Barangsiapa pada bulan Ramadhan memberikan hidangan berbuka kepada seorang yang berpuasa, dosa-dosanya akan diampuni, diselamatkan dari api neraka dan memperoleh pahala seperti orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tadi sedikitpun” Kemudian para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, tidak semua dari kita memiliki makanan untuk diberikan kepada orang yang berpuasa.” Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berkata, “Allah memberikan pahala tersebut kepada orang yang memberikan hidangan berbuka berupa sebutir kurma, atau satu teguk air atau sedikit susu. Ramadhan adalah bulan yang permulaannya rahmat, pertengahannya maghfirah (ampunan) dan akhirnya pembebasan dari api neraka.”

    Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah (1887), oleh Al Mahamili dalam Amaliyyah (293), Ibnu ‘Adi dalam Al Kamil Fid Dhu’afa (6/512), Al Mundziri dalam Targhib Wat Tarhib (2/115)

    Hadits ini didhaifkan oleh para pakar hadits seperti Al Mundziri dalam At Targhib Wat Tarhib (2/115), juga didhaifkan oleh Syaikh Ali Hasan Al Halabi di Sifatu Shaumin Nabiy (110), bahkan dikatakan oleh Abu Hatim Ar Razi dalam Al ‘Ilal (2/50) juga Al Albani dalam Silsilah Adh Dhaifah (871) bahwa hadits ini Munkar.

    Yang benar, di seluruh waktu di bulan Ramadhan terdapat rahmah, seluruhnya terdapat ampunan Allah dan seluruhnya terdapat kesempatan bagi seorang mukmin untuk terbebas dari api neraka, tidak hanya sepertiganya. Salah satu dalil yang menunjukkan hal ini adalah:

    من صام رمضان إيمانا واحتسابا ، غفر له ما تقدم من ذنبه

    “Orang yang puasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari no.38, Muslim, no.760)

    Dalam hadits ini, disebutkan bahwa ampunan Allah tidak dibatasi hanya pada pertengahan Ramadhan saja.

    Adapun mengenai apa yang diyakini oleh sebagian orang, bahwa setiap amalan sunnah kebaikan di bulan Ramadhan diganjar pahala sebagaimana amalan wajib, dan amalan wajib diganjar dengan 70 kali lipat pahala ibadah wajib diluar bulan Ramadhan, keyakinan ini tidaklah benar  berdasarkan hadits yang lemah ini. Walaupun keyakinan ini tidak benar, sesungguhnya Allah ta’ala melipatgandakan pahala amalan kebaikan berlipat ganda banyaknya, terutama ibadah puasa di bulan Ramadhan.

    Hadits 4

    كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا أفطر قال : اللهم لك صمت وعلى رزقك أفطرت فتقبل مني إنك أنت السميع العليم

    “Biasanya Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam ketika berbuka membaca doa: Allahumma laka shumtu wa ‘alaa rizqika afthartu fataqabbal minni, innaka antas samii’ul ‘aliim.”

    Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Daud dalam Sunan-nya (2358), Adz Dzahabi dalam Al Muhadzab (4/1616), Ibnu Katsir dalam Irsyadul Faqih (289/1), Ibnul Mulaqqin dalam Badrul Munir (5/710)

    Ibnu Hajar Al Asqalani berkata di Al Futuhat Ar Rabbaniyyah (4/341) : “Hadits ini gharib, dan sanadnya lemah sekali”. Hadits ini juga didhaifkan oleh Asy Syaukani dalam Nailul Authar (4/301), juga oleh Al Albani di Dhaif Al Jami’ (4350). Dan doa dengan lafadz yang semisal, semua berkisar antara hadits lemah dan munkar.

    Sedangkan doa berbuka puasa yang tersebar dimasyarakat dengan lafadz:

    اللهم لك صمت و بك امنت و على رزقك افطرت برحمتك يا ارحم الراحمين

    “Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa, kepada-Mu aku beriman, atas rezeki-Mu aku berbuka, aku memohon Rahmat-Mu wahai Dzat yang Maha Penyayang.”

    Hadits ini tidak terdapat di kitab hadits manapun. Atau dengan kata lain, ini adalah hadits palsu. Sebagaimana dikatakan oleh Al Mulla Ali Al Qaari dalam kitab Mirqatul Mafatih Syarh Misykatul Mashabih: “Adapun doa yang tersebar di masyarakat dengan tambahan ‘wabika aamantu’ sama sekali tidak ada asalnya, walau secara makna memang benar.”

    Yang benar, doa berbuka puasa yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam terdapat dalam hadits:

    كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا أفطر قال ذهب الظمأ وابتلت العروق وثبت الأجر إن شاء الله

    “Biasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ketika berbuka puasa membaca doa:

    ذهب الظمأ وابتلت العروق وثبت الأجر إن شاء الله

    /Dzahabaz zhamaa-u wabtalatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insyaa Allah/

    (‘Rasa haus telah hilang, kerongkongan telah basah, semoga pahala didapatkan. Insya Allah’)”

    Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Daud (2357), Ad Daruquthni (2/401), dan dihasankan oleh Ibnu Hajar Al Asqalani di Hidayatur Ruwah, 2/232 juga oleh Al Albani di Shahih Sunan Abi Daud.

    Hadits 5

    من أفطر يوما من رمضان من غير رخصة لم يقضه وإن صام الدهر كله

    “Orang yang sengaja tidak berpuasa pada suatu hari  di bulan Ramadhan, padahal ia bukan orang yang diberi keringanan, ia tidak akan dapat mengganti puasanya meski berpuasa terus menerus.”

    Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari di Al’Ilal Al Kabir (116), oleh Abu Daud di Sunannya (2396), oleh Tirmidzi di Sunan-nya (723), Imam Ahmad di Al Mughni (4/367), Ad Daruquthni di Sunan-nya (2/441, 2/413), dan Al Baihaqi di Sunan-nya (4/228).

    Hadits ini didhaifkan oleh Al Bukhari, Imam Ahmad, Ibnu Hazm di Al Muhalla (6/183), Al Baihaqi, Ibnu Abdil Barr dalam At Tamhid (7/173), juga oleh Al Albani di Dhaif At Tirmidzi (723), Dhaif Abi Daud (2396), Dhaif Al Jami’ (5462) dan Silsilah Adh Dha’ifah (4557). Namun, memang sebagian ulama ada yang menshahihkan hadits ini seperti Abu Hatim Ar Razi di Al Ilal (2/17), juga ada yang menghasankan seperti Ibnu Hajar Al Asqalani di Hidayatur Ruwah (2/329) dan Al Haitsami di Majma’ Az Zawaid (3/171). Oleh karena itu, ulama berbeda pendapat mengenai ada-tidaknya qadha bagi orang yang sengaja tidak berpuasa.

    Yang benar -wal ‘ilmu ‘indallah- adalah penjelasan Lajnah Daimah Lil Buhuts Wal Ifta (Komisi Fatwa Saudi Arabia), yang menyatakan bahwa “Seseorang yang sengaja tidak berpuasa tanpa udzur syar’i,ia harus bertaubat kepada Allah dan mengganti puasa yang telah ditinggalkannya.” (Periksa: Fatawa Lajnah Daimah no. 16480, 9/191)

    Hadits 6

    لا تقولوا رمضان فإن رمضان اسم من أسماء الله تعالى ولكن قولوا شهر رمضان

    “Jangan menyebut dengan ‘Ramadhan’ karena ia adalah salah satu nama Allah, namun sebutlah dengan ‘Bulan Ramadhan.’”

    Hadits ini diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam Sunan-nya (4/201), Adz Dzaahabi dalam Mizanul I’tidal (4/247), Ibnu ‘Adi dalam Al Kamil Fid Dhu’afa (8/313), Ibnu Katsir di Tafsir-nya (1/310).

    Ibnul Jauzi dalam Al Maudhuat (2/545) mengatakan hadits ini palsu. Namun, yang benar adalah sebagaimana yang dikatakan oleh As Suyuthi dalam An Nukat ‘alal Maudhuat (41) bahwa “Hadits ini dhaif, bukan palsu”. Hadits ini juga didhaifkan oleh Ibnu ‘Adi dalam Al Kamil Fid Dhu’afa (8/313), An Nawawi dalam Al Adzkar (475), oleh Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Fathul Baari (4/135) dan Al Albani dalam Silsilah Adh Dhaifah (6768).

    Yang benar adalah boleh mengatakan ‘Ramadhan’ saja, sebagaimana pendapat jumhur ulama karena banyak hadits yang menyebutkan ‘Ramadhan’ tanpa ‘Syahru (bulan)’.

    Hadits 7

    أن شهر رمضان متعلق بين السماء والأرض لا يرفع إلا بزكاة الفطر

    “Bulan Ramadhan bergantung di antara langit dan bumi. Tidak ada yang dapat mengangkatnya kecuali zakat fithri.”

    Hadits ini disebutkan oleh Al Mundziri di At Targhib Wat Tarhib (2/157). Al Albani mendhaifkan hadits ini dalam Dhaif At Targhib (664), dan Silsilah Ahadits Dhaifah (43).

    Yang benar, jika dari hadits ini terdapat orang yang meyakini bahwa puasa Ramadhan tidak diterima jika belum membayar zakat fithri, keyakinan ini salah, karena haditsnya dhaif. Zakat fithri bukanlah syarat sah puasa Ramadhan, namun jika seseorang meninggalkannya ia mendapat dosa tersendiri.

    Hadits 8

    رجب شهر الله ، وشعبان شهري ، ورمضان شهر أمتي

    “Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku.”

    Hadits ini diriwayatkan oleh Adz Dzahabi di Tartibul Maudhu’at (162, 183), Ibnu Asakir di Mu’jam Asy Syuyukh (1/186).

    Hadits ini didhaifkan oleh di Asy Syaukani di Nailul Authar (4/334),  dan Al Albani di Silsilah Adh Dhaifah (4400). Bahkan hadits ini dikatakan hadits palsu oleh banyak ulama seperti Adz Dzahabi di Tartibul Maudhu’at (162, 183), Ash Shaghani dalam Al Maudhu’at (72), Ibnul Qayyim dalam Al Manaarul Munif (76), Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Tabyinul Ujab (20).

    Hadits 9

    من فطر صائما على طعام وشراب من حلال صلت عليه الملائكة في ساعات شهر رمضان وصلى عليه جبرائيل ليلة القدر

    “Barangsiapa memberi hidangan berbuka puasa dengan makanan dan minuman yang halal, para malaikat bershalawat kepadanya selama bulan Ramadhan dan Jibril bershalawat kepadanya di malam lailatul qadar.”

    Hadist ini diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam Al Majruhin (1/300), Al Baihaqi di Syu’abul Iman (3/1441), Ibnu ‘Adi dalam Al Kamil Adh Dhuafa (3/318), Al Mundziri dalam At Targhib Wat Tarhib (1/152)

    Hadits ini didhaifkan oleh Ibnul Jauzi di Al Maudhuat (2/555), As Sakhawi dalam Maqasidul Hasanah (495), Al Albani dalam Dhaif At Targhib (654)

    Yang benar,orang yang memberikan hidangan berbuka puasa akan mendapatkan pahala puasa orang yang diberi hidangan tadi, berdasarkan hadits:

    من فطر صائما كان له مثل أجره ، غير أنه لا ينقص من أجر الصائم شيئا

    “Siapa saja yang memberikan hidangan berbuka puasa kepada orang lain yang berpuasa, ia akan mendapatkan pahala orang tersebut tanpa sedikitpun mengurangi pahalanya.” (HR. At Tirmidzi no 807, ia berkata: “Hasan shahih”)

    Hadits 10

    رجعنا من الجهاد الأصغر إلى الجهاد الأكبر . قالوا : وما الجهاد الأكبر ؟ قال : جهاد القلب

    “Kita telah kembali dari jihad yang kecil menuju jihad yang besar.” Para sahabat bertanya: “Apakah jihad yang besar itu?” Beliau bersabda: “Jihadnya hati melawan hawa nafsu.”

    Menurut Al Hafidz Al Iraqi dalam Takhrijul Ihya (2/6) hadits ini diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam Az Zuhd. Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Takhrijul Kasyaf (4/114) juga mengatakan hadits ini diriwayatkan oleh An Nasa’i dalam Al Kuna.

    Hadits ini adalah hadits palsu. Sebagaimana dikatakan oleh Syaikhul Islam di Majmu Fatawa (11/197), juga oleh Al Mulla Ali Al Qari dalam Al Asrar Al Marfu’ah (211). Al Albani dalam Silsilah Adh Dhaifah (2460) mengatakan hadits ini Munkar.

    Hadits ini sering dibawakan para khatib dan dikaitkan dengan Ramadhan, yaitu untuk mengatakan bahwa jihad melawan hawa nafsu di bulan Ramadhan lebih utama dari jihad berperang di jalan Allah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, “Hadits ini tidak ada asalnya. Tidak ada seorang pun ulama hadits yang berangapan seperti ini, baik dari perkataan maupun perbuatan Nabi. Selain itu jihad melawan orang kafir adalah amal yang paling mulia. Bahkan jihad yang tidak wajib pun merupakan amalan sunnah yang paling dianjurkan.” (Majmu’ Fatawa, 11/197). Artinya, makna dari hadits palsu ini pun tidak benar karena jihad berperang di jalan Allah adalah amalan yang paling mulia. Selain itu, orang yang terjun berperang di jalan Allah tentunya telah berhasil mengalahkan hawa nafsunya untuk meninggalkan dunia dan orang-orang yang ia sayangi.

    Hadits 11

    قال وائلة : لقيت رسول الله صلى الله عليه وسلم يوم عيد فقلت : تقبل الله منا ومنك ، قال : نعم تقبل الله منا ومنك

    “Wa’ilah berkata, “Aku bertemu dengan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pada hari Ied, lalu aku berkata: Taqabbalallahu minna wa minka.” Beliau bersabda: “Ya, Taqabbalallahu minna wa minka.”

    Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam Al Majruhin (2/319), Al Baihaqi dalam Sunan-nya (3/319), Adz Dzahabi dalam Al Muhadzab (3/1246)

    Hadits ini didhaifkan oleh Ibnu ‘Adi dalam Al Kamil Fid Dhuafa (7/524), oleh Ibnu Qaisirani dalam Dzakiratul Huffadz (4/1950), oleh Al Albani dalam Silsilah Adh Dhaifah (5666).

    Yang benar, ucapan ‘Taqabbalallahu Minna Wa Minka’ diucapkan sebagian sahabat berdasarkan sebuah riwayat:

    كان أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا التقوا يوم العيد يقول بعضهم لبعض : تقبل الله منا ومنك

    Artinya:
    “Para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya ketika saling berjumpa di hari Ied mereka mengucapkan: Taqabbalallahu Minna Wa Minka (Semoga Allah menerima amal ibadah saya dan amal ibadah Anda)”

    Atsar ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Al Mughni (3/294), dishahihkan oleh Al Albani dalam Tamamul Minnah (354). Oleh karena itu, boleh mengamalkan ucapan ini, asalkan tidak diyakini sebagai hadits Nabi shallallahu’alaihi wa sallam.

    Hadits 12

    خمس تفطر الصائم ، وتنقض الوضوء : الكذب ، والغيبة ، والنميمة ، والنظر بالشهوة ، واليمين الفاجرة

    “Lima hal yang membatalkan puasa dan membatalkan wudhu: berbohong, ghibah, namimah, melihat lawan jenis dengan syahwat, dan bersumpah palsu.”

    Hadits ini diriwayatkan oleh Al Jauraqani di Al Abathil (1/351), oleh Ibnul Jauzi di Al Maudhu’at (1131)

    Hadits ini adalah hadits palsu, sebagaimana dijelaskan Ibnul Jauzi di Al Maudhu’at (1131), Al Albani dalam Silsilah Adh Dhaifah (1708).

    Yang benar, lima hal tersebut bukanlah pembatal puasa, namun pembatal pahala puasa. Sebagaimana hadits:

    من لم يدع قول الزور والعمل به والجهل ، فليس لله حاجة أن يدع طعامه وشرابه

    “Orang yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan mengamalkannya, serta mengganggu orang lain, maka Allah tidak butuh terhadap puasanya.” (HR. Bukhari, no.6057)

    Demikian, semoga Allah memberi kita taufiq untuk senantiasa berpegang teguh pada ajaran Islam yang sahih. Mudah-mudahan Allah melimpahkan rahmat dan ampunannya kepada kita di bulan mulia ini. Semoga amal-ibadah di bulan suci ini kita berbuah pahala di sisi Rabbuna Jalla Sya’nuhu.

    وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

    ***

    Disusun oleh: Yulian Purnama
    Muraja’ah: Ustadz Abu Ukkasyah Aris Munandar
    Artikel www.muslim.or.id

    Senin, 19 Juli 2010

    Shalat Dhuha dan Waktunya

    Segala puji hanyalah milik ALLAH, Rabb yang Maha Suci lagi Maha Agung, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Salam dan selawat semoga senantiasa kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam beserta istri dan keluarga beliau.
    Sunat Dhuha adalah salah satu shalat sunat yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka adalah kebaikan bagi kita untuk mengetahui sunnah ini.



    WAKTU-WAKTU HARAM
    Dari Ibnu Abbas berkata: “Datanglah orang-orang yang diridhai dan ia ridha kepada mereka yaitu Umar, ia berkata bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melarang sholat sesudah Subuh hingga matahari bersinar, dan sesudah Asar hingga matahari terbenam.” [HR. Bukhari]

    Dari Ibnu Umar berkata: “Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Apabila sinar matahari terbit maka akhirkanlah (jangan melakukan) sholat hingga matahari tinggi. Dan apabila sinar matahari terbenam, maka akhirkanlah (jangan melakukan) sholat hingga matahari terbenam”. [HR. Bukhari]

    Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang dua sholat. Beliau melarang sholat sesudah sholat Subuh sampai matahari terbit dan sesudah sholat Asar sampai matahari terbenam. [HR. Bukhari]

    Dari Muawiyah ia berkata (kepada suatu kaum): “Sesungguhnya kamu melakukan sholat (dengan salah). Kami telah menemani Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, kami tidak pernah melihat beliau melakukan sholat itu karena beliau telah melarangnya, yaitu dua rakaat sesudah sholat Asar”. [HR. Bukhari]


    Dari Uqbah bin Amir: “Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang sholat pada tiga saat: (1) ketika terbit matahari sampai tinggi, (2) ketika hampir Zuhur sampai tergelincir matahari, (3) ketika matahari hampir terbenam.” [HR. Bukhari]

    Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah melarang sholat pada waktu tengah hari tepat (matahari di atas kepala), sampai tergelincir matahari kecuali pada hari Jumat. [HR. Abu Dawud]

    Menurut jumhur ulama, sholat ini adalah sunat Tahiyatul Masjid, selain sholat ini tetap dilarang melakukan sholat apapun.


    Telah bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: “Matahari terbit dengan diikuti setan. Pada waktu mulai terbit, matahari berada dekat dengan setan, dan ketika telah mulai meninggi berpisah darinya. Pada waktu matahari berada tepat di tengah-tengah langit, ia kembali dekat dengan setan, dan ketika telah zawal (condong ke arah barat) ia berpisah darinya. Pada waktu hampir terbenam, ia dekat dengan setan, dan setelah terbenam ia berpisah lagi darinya.” [HR. Nasa’i]


    Waktu-waktu itu adalah waktu yang haram untuk shalat. Artinya apabila kita melakukan shalat sunat pada waktu haram, maka bukan pahala yang kita dapatkan, melainkan dosa.

    Waktu-waktu haram yang mengapit shalat Dhuha:

    Waktu haram #1 = sesudah Shalat Subuh hingga matahari bersinar, atau kurang lebih sejak jam 06:00 AM hingga 07:45 AM

    Waktu haram #2 = ketika hampir masuk waktu Zuhur hingga tergelincir matahari, atau kurang lebih jam 11:30 AM hingga 12:00 PM



    TATA CARA PELAKSANAAN SHALAT DHUHA
    8 RAKAAT
    Dari Ummu Hani binti Abu Thalib, ia berkata: “Saya berjunjung kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada tahun Fathu (Penaklukan) Makkah. Saya menemukan beliau sedang mandi dengan ditutupi sehelai busana oleh Fathimah putri beliau”.
    Ummu Hani berkata: “Maka kemudian aku mengucapkan salam”. Rasulullah pun bersabda: “Siapakah itu?” Saya menjawab: “Ummu Hani binti Abu Thalib”. Rasulullah SAW bersabda: “Selamat datang wahai Ummu Hani”.
    Sesudah mandi beliau menunaikan shalat sebanyak 8 (delapan) rakaat dengan berselimut satu potong baju. Sesudah shalat saya (Ummu Hani) berkata: “Wahai Rasulullah, putra ibu Ali bin Abi Thalib menyangka bahwa dia boleh membunuh seorang laki-laki yang telah aku lindungi, yakni fulan Ibnu Hubairah”.
    Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “sesungguhnya kami juga melindungi orang yang kamu lindungi, wahai Ummu Hani”.
    Ummu Hani juga berkata: “Hal itu (Rasulullah shalat) terjadi pada waktu Dhuha.”
    [HR. Muslim]

    Berniat untuk melaksanakan shalat sunat Dhuha setiap 2 rakaat 1 salam. Seperti biasa bahwa niat itu tidak harus dilafazkan, karena niat sudah dianggap cukup meski hanya di dalam hati.

    Membaca surah Al-Fatihah

    Membaca surah Asy-Syamsu (QS:91) pada rakaat pertama, atau cukup dengan membaca Qulya (QS:109) jika tidak hafal surah Asy-Syamsu itu.

    Membaca surah Adh-Dhuha (QS:93) pada rakaat kedua, atau cukup dengan membaca Qulhu (QS:112) jika tidak hafal surah Adh-Dhuha.

    Rukuk, iktidal, sujud, duduk dua sujud, tasyahud dan salam adalah sama sebagaimana tata cara pelaksanaan shalat fardhu.

    Menutup shalat Dhuha dengan berdoa. Inipun bukan sesuatu yang wajib, hanya saja berdoa adalah kebiasaan yang sangat baik dan dianjurkan sebagai tanda penghambaan kita kepada ALLAH.

    Sebagaimana shalat sunat lainnya, Dhuha dikerjakan dengan 2 rakaat 2 rakaat, artinya pada setiap 2 rakaat harus diakhiri dengan 1 kali salam.

    Adapun surah-surah yang dibaca itu tidak ada hadis yang mengaturnya melainkan sekedar ijtihad belaka, kecuali membaca Qulya dan Qulhu adalah sunnah Rasulullah, tetapi bukan untuk shalat Dhuha, melainkan shalat Fajr. Kita tidak dibatasi membaca surah yang manapun yang kita sukai, karena semua Al-Qur’an adalah kebaikan.

    Doa pun tidak dibatasi, kita boleh berdoa apa saja asalkan bukan doa untuk keburukan.

    Doa yang terkenal dalam mazhab Syafi’i ada pada slide selanjutnya. Selain doa itu kita boleh membaca doa yang kita sukai. Namun karena ada aturan mazhab, maka hendaklah kita jangan melupakan agar memulai doa itu dengan menyebut nama ALLAH, memuji syukur kepada-NYA dan kemudian bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW.
    ALLAAHUMMA INNADH-DHUHAA ‘ADHUHAA ‘UKA - WAL BAHAA ‘ABAHAA ‘UKA – WAL JAMAALA JAMAALUKA – WAL QUWWATA QUWWATUKA – WAL QUDRATA QUDRATUKA – WAL ‘ISHMATA ‘ISHMATUKA.
    ALLAAHUMMA IN KAANA RIZQII FIS-SAMAA ‘I FA ANZILHU – WA IN KAANA FIL ARDI FA AKHRIJHU – WA IN KAANA MU’ASSARAN FA YASSIRHU – WA IN KAANA HARAAMAN FATHAHHIRHU – WA IN KAANA BA’IIDAN FA QARRIBHU, BIHAQQI DHUHAA ‘IKA, WA BAHAA ‘IKA, WA JAMAALIKA, WA QUWWATIKA, WA QUDRATIKA.
    AATINII MAA ‘ATAITA ‘IBAADAKASH-SHAALIHIIN.

    Artinya:

    “Wahai ALLAH, bahwasanya waktu Dhuha itu waktu Dhuha-MU – dan kecantikan adalah kecantikan-MU – dan keindahan adalah keindahan-MU – dan kekuatan adalah kekuatan-MU – dan kekuasaan adalah kekuasaan-MU - dan perlindungan itu adalah perlindungan-MU.
    Wahai ALLAH, jikalau rejekiku masih diatas langit, maka turunkanlah – Dan jikalau ada didalam bumi maka keluarkanlah – dan jikalau sukar maka mudahkanlah – dan jika haram maka sucikanlah - dan jikalau masih jauh maka dekatkanlah dengan berkat waktu Dhuha, keagungan, keindahan, kekuatan dan kekuasaan-MU.
    Limpahkanlah kepada kami segala yang telah Engkau limpahkan kepada hamba-hambamu yang shaleh.




    KEUTAMAAN SHALAT DHUHA
    Dari Abu Dzar, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau bersabda: “Pada pagi hari setiap tulang (persendian) dari kalian akan dihitung sebagai sedekah. Maka setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, memerintahkan kebaikan (amar ma’ruf) dan melarang dari berbuat munkar (nahi munkar) adalah sedekah. Semua itu cukup dengan dua rakaat yang dilaksanakan di waktu Dhuha.”
    [HR. Muslim, Abu Dawud dan riwayat Bukhari dari Abu Hurairah]

    Dari Abu Hurairah, ia berkata: “Kekasihku Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah berwasiat kepadaku tiga perkara: [1] puasa tiga hari setiap bulan, [2] dua rakaat shalat Dhuha dan [3] melaksanakan shalat witir sebelum tidur.”
    [HR. Bukhari, Muslim, Turmuzi, Abu Dawud, Nasa’i, Ahmad dan Ad-Darami]

    Dari Abud Darda, ia berkata: “Kekasihku telah berwasiat kepadaku tiga hal. Hendaklah saya tidak pernah meninggalkan ketiga hal itu selama saya masih hidup: [1] menunaikan puasa selama tiga hari pada setiap bulan, [2] mengerjakan shalat Dhuha, dan [3] tidak tidur sebelum menunaikan shalat Witir.”
    [HR. Muslim, Abu Dawud, Turmuzi dan Nasa’i]


    ANJURAN SHALAT DHUHA
    Dari Aisyah, ia berkata: “Saya tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menunaikan shalat Dhuha, sedangkan saya sendiri mengerjakannya. Sesungguhnya Rasulullah SAW pasti akan meninggalkan sebuah perbuatan meskipun beliau menyukai untuk mengerjakannya. Beliau berbuat seperti itu karena khawatir jikalau orang-orang ikut mengerjakan amalan itu sehingga mereka menganggapnya sebagai ibadah yang hukumnya wajib (fardhu).”
    [HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ahmad, Malik dan Ad-Darami]


    Dalam Syarah An-Nawawi disebutkan:
    Aisyah berkata seperti itu karena dia tidak setiap saat bersama Rasulullah. Pada saat itu Rasulullah memiliki istri sebanyak 9 (sembilan) orang. Jadi Aisyah harus menunggu selama 8 hari sebelum gilirannya tiba. Dalam masa 8 hari itu, tidak selamanya Aisyah mengetahui apa-apa yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di rumah istri beliau yang lain.



    KEUTAMAAN SHALAT DHUHA
    Dari Anas [bin Malik], bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa mengerjakan shalat Dhuha sebanyak 12 (dua belas) rakaat, maka ALLAH akan membangunkan untuknya istana di syurga”.
    [HR. Turmuzi dan Ibnu Majah, hadis hasan]


    Dari Abu Said [Al-Khudry], ia berkata: Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan shalat Dhuha, sehingga kami mengira bahwa beliau tidak pernah meninggalkannya. Dan jika beliau meninggalkannya, kami mengira seakan-akan beliau tidak pernah mengerjakannya”.
    [HR. Turmuzi, hadis hasan]


    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Shalat Dhuha itu dapat mendatangkan rejeki dan menolak kefakiran. Dan tidak ada yang akan memelihara shalat Dhuha melainkan orang-orang yang bertaubat.”
    [HR.



    WAKTU PELAKSANAAN SHALAT DHUHA
    1. WAKTU SHALAT DHUHA
    Dari Zaid bin Arqam, bahwa ia melihat orang-orang mengerjakan shalat Dhuha [pada waktu yang belum begitu siang], maka ia berkata: “Ingatlah, sesungguhnya mereka telah mengetahui bahwa shalat Dhuha pada selain saat-saat seperti itu adalah lebih utama, karena sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Shalatnya orang-orang yang kembali kepada ALLAH adalah pada waktu anak-anak onta sudah bangun dari pembaringannya karena tersengat panasnya matahari”.
    [HR. Muslim]


    Penjelasan:
    Anak-anak onta sudah bangun karena panas matahari itu diqiyaskan dengan pagi hari jam 08:00 AM, adapun sebelum jam itu dianggap belum ada matahari yang sinarnya dapat membangunkan anak onta.


    SIMULASI JAM WAKTU DHUHA DAPAT DI LIHAT PADA GAMBAR :............

    Sahkah Puasa tidak Sholat

    Tidak sedikit kita saksikan di tengah-tengah kaum muslimin, ketika menjalani puasa, masih ada saja yang meninggalkan shalat. Mereka sangka bahwa shalat dan puasa adalah ibadah tersendiri. Jika salah satu ditinggalkan, maka dikira tidak berpengaruh pada yang lainnya. Di sini kami akan buktikan bahwa shalat pun jika ditinggalkan dapat mempengaruhi puasa. Bahkan puasa tersebut bisa rusak jika seseorang meremehkan perkara shalat. Simak dalam beberapa fatwa ulama berikut ini.

    Hukum Berpuasa Namun Meninggalkan Shalat

    Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin -rahimahullah- pernah ditanya : Apa hukum orang yang berpuasa namun meninggalkan shalat?

    Beliau rahimahullah menjawab, “Puasa yang dilakukan oleh orang yang meninggalkan shalat tidaklah diterima karena orang yang meninggalkan shalat adalah kafir dan murtad. Dalil bahwa meninggalkan shalat termasuk bentuk kekafiran adalah firman Allah Ta’ala,
    فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآَتَوُا الزَّكَاةَ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ وَنُفَصِّلُ الْآَيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ

    ”Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui.” (QS. At Taubah [9] : 11)

    Alasan lain adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
    بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكُ الصَّلاَةِ

    “Pembatas antara seorang muslim dengan kesyirikan dan kekafiran adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim no. 82)

    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
    الْعَهْدُ الَّذِى بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمُ الصَّلاَةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ

    “Perjanjian antara kami dan mereka (orang kafir) adalah mengenai shalat. Barangsiapa meninggalkannya maka dia telah kafir.” (HR. Ahmad, At Tirmidzi, An Nasa’i, Ibnu Majah. Dikatakan shahih oleh Syaikh Al Albani)

    Pendapat yang mengatakan bahwa meninggalkan shalat merupakan suatu kekafiran adalah pendapat mayoritas sahabat Nabi bahkan dapat dikatakan pendapat tersebut adalah ijma’ (kesepakatan) para sahabat.
    ‘Abdullah bin Syaqiq –rahimahullah- (seorang tabi’in yang sudah masyhur) mengatakan, “Para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah pernah menganggap suatu amalan yang apabila seseorang meninggalkannya akan menyebabkan dia kafir selain perkara shalat.” [Perkataan ini diriwayatkan oleh At Tirmidzi dari ‘Abdullah bin Syaqiq Al ‘Aqliy ,seorang tabi’in. Hakim mengatakan bahwa hadits ini bersambung dengan menyebut Abu Hurairah di dalamnya. Dan sanad (periwayat) hadits ini adalah shohih. Lihat Ats Tsamar Al Mustathob fi Fiqhis Sunnah wal Kitab, hal. 52, -pen]

    Oleh karena itu, apabila seseorang berpuasa namun dia meninggalkan shalat, puasa yang dia lakukan tidaklah sah (tidak diterima). Amalan puasa yang dia lakukan tidaklah bermanfaat pada hari kiamat nanti.

    Oleh sebab itu, kami katakan, “Shalatlah kemudian tunaikanlah puasa”. Adapun jika engkau puasa namun tidak shalat, amalan puasamu akan tertolak karena orang kafir (karena sebab meninggalkan shalat) tidak diterima ibadah dari dirinya.

    [Sumber: Majmu’ Fatawa wa Rosa-il Ibnu ‘Utsaimin, 17/62, Asy Syamilah]


    Hanya Shalat di Bulan Ramadhan

    Al Lajnah Ad Da’imah lil Buhuts Ilmiyyah wal Ifta’ (Komisi Fatwa di Saudi Arabia) pernah ditanya:
    “Apabila seseorang hanya di bulan Ramadhan semangat melakukan puasa dan shalat, namun setelah Ramadhan berakhir dia meninggalkan shalat, apakah puasanya di bulan Ramadhan diterima? ”

    Jawab:

    “Shalat merupakan salah satu rukun Islam. Shalat merupakan rukun Islam terpenting setelah dua kalimat syahadat. Dan hukum shalat adalah wajib bagi setiap individu. Barangsiapa meninggalkan shalat karena menentang kewajibannya atau meninggalkannya karena menganggap remeh dan malas-malasan, maka dia telah kafir. Adapun orang yang melakukan puasa Ramadhan dan mengerjakan shalat hanya di bulan Ramadhan saja, maka orang seperti ini berarti telah melecehkan agama Allah. (Sebagian salaf mengatakan), “Sejelek-jelek kaum adalah yang mengenal Allah (rajin ibadah, pen) hanya pada bulan Ramadhan saja.”

    Oleh karena itu, tidak sah puasa seseorang yang tidak melaksanakan shalat di luar bulan Ramadhan. Bahkan orang seperti ini (yang meninggalkan shalat) dinilai kafir dan telah melakukan kufur akbar, walaupun orang ini tidak menentang kewajiban shalat. Orang seperti ini tetap dianggap kafir menurut pendapat ulama yang paling kuat. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri telah bersabda,
    الْعَهْدُ الَّذِى بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمُ الصَّلاَةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ

    “Perjanjian antara kami dan mereka (orang kafir) adalah mengenai shalat, barangsiapa meninggalkannya maka dia telah kafir.” (HR. Ahmad, Abu Daud, At Tirmidzi, An Nasa’i, Ibnu Majah dengan sanad yang shahih dari Buraidah Al Aslamiy)

    Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
    رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلاَمُ وَعَمُودُهُ الصَّلاَةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ
    “Inti (pokok) segala perkara adalah Islam, tiangnya (penopangnya) adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad di jalan Allah.” (HR. Tirmidzi dengan sanad shahih dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu)
    بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الْكُفْرِ وَ الشِّرْكِ تَرْكُ الصَّلاَةِ

    “Pembatas antara seorang muslim dengan kekafiran dan kesyirikan adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim dari Jabir bin ‘Abdillah Al Anshoriy). Dan banyak hadits yang semakna dengan hadits-hadits di atas.

    Wa billahit taufiq, wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammad wa alihi wa shohbihi wa sallam.
    Al Lajnah Ad-Daimah Lil Buhuts Al ‘Ilmiyyah wal Ifta’

    Ditandatangani oleh ‘Abdullah bin Mani’ dan ‘Abdullah bin Ghodyan selaku anggota, ‘Abdur Rozaq ‘Afifi selaku Wakil Ketua dan ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz selaku Ketua.

    [Sumber : Fatawa Al Lajnah Ad Da-imah Lil Buhuts Ilmiyyah wal Ifta’, pertanyaan ke-3, Fatawa no. 102, 10/139-141]

    ***
    Setelah kita menyimak tulisan di atas, sudah selayaknya seorang muslim menjaga amalan shalat agar amalan lainnnya pun menjadi teranggap dan bernilai di sisi Allah. Kadar Islam seseorang akan dinilai dari penjagaan dirinya terhadap shalat. Imam Ahmad –rahimahullah- mengatakan, “Setiap orang yang meremehkan perkara shalat, berarti telah meremehkan agama. Seseorang memiliki bagian dalam Islam sebanding dengan penjagaannya terhadap shalat lima waktu. Seseorang yang dikatakan semangat dalam Islam adalah orang yang betul-betul memperhatikan shalat lima waktu. Kenalilah dirimu, wahai hamba Allah. Waspadalah! Janganlah engkau menemui Allah, sedangkan engkau tidak memiliki bagian dalam Islam. Kadar Islam dalam hatimu, sesuai dengan kadar shalat dalam hatimu.“ (Lihat Ash Sholah, hal. 12)

    Oleh karena itu, sudah saatnya seorang hamba yang sering melalaikan shalat untuk bertaubat sebenar-benarnya dengan ikhlas karen Allah, menyesali dosa yang telah dia lakukan, kembali rutin mengerjakan shalat dan bertekad untuk tidak meninggalkannya lagi.

    Semoga Allah memudahkan kita dalam melakukan ketaatan kepada-Nya dan menerima setiap taubat kita. Amin Yaa Mujibas Sa’ilin.

    ***

    Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

    Artikel rumaysho.com

    Bingkisan untuk Panitia OSPEK (1)

    Dahulu kala ummat manusia telah mengenal diktator-diktator sadis yang memerintah dengan tangan-tangan besi. Dari zaman ke zaman, dunia melahirkan diktator-diktator sadis yang tak berprikemanusian, dan melenceng jauh dari tuntunan Allah -Azza wa Jalla-. Masih segar dalam ingatan kita beberapa diktator yang pernah ada di dunia, seperti Raja Namrud, Fir’aun, Hittler, Napoleon Bonaparte, Jengis Khan, dan sebagainya. Mereka adalah orang-orang zholim dan sewenang-wenang atas hamba-hamba Allah.


    Jarum waktu senantiasa berjalan sampai lahirlah kompilasi (gabungan) diktator-diktator sadis gaya baru yang masuk dalam dunia pendidikan dan almamater melalui pintu "OSPEK" (Orietasi Pengenalan Kampus). Jika dahulu para diktator jumlahnya sedikit, maka sekarang beda halnya. Jumlahnya menjamur bak jamur di musim hujan, khususnya saat penerimaan MABA (Mahasiswa Baru). Maka muncullah diktator-diktator (yaitu, para mahasiswa senior) menampakkan taring keganasan mereka, siap menzholimi para hamba Allah dari kalangan MABA dengan berkedok "Orientasi". Aksi zholim seperti ini Anda bisa lihat -khususnya- di kota Makassar, Sulsel, saat penerimaan MABA di sebagian perguruan tinggi.

    Kezholiman dan penyiksaan yang diperbuat oleh para mahasiswa senior atas MABA sungguh telah melampaui batas; melebihi kezholiman para diktator tersebut, dan orang-orang komunis (PKI). Perhatikan, para diktator (baca: para senior) itu menzholimi dan menyiksa hamba-hamba Allah; para senior memukuli mereka, mengurung, menakut-nakuti, mengadu MABA, menampar, melukai, mengambil uang mereka secara batil, menodai wanita, menghina kehormatan saudaranya, bahkan memerintahkan para MABA (Junior) untuk melakukan kekafiran dan kesyirikan, seperti bersujud di depan mumi, atau sebuah patung yang mereka buat. Sungguh perbuatan ini telah melampaui batasan Allah. Para senior tak lagi takut kepada Allah -Ta’ala-; seakan-akan mereka tak lagi memiliki Tuhan yang akan menghisab dan membalas kezholiman mereka.

    OSPEK , singkatan untuk: "Orientasi Pengenalan Kampus". Nampaknya manis, tapi hakikatnya pahit dan beracun. Singkatan ini baiknya diubah arti dan maknanya sehingga kita katakan, OSPEK adalah singkatan bagi "Orientasi Penyiksaan Kampus".

    Diantara bentuk pelanggaran, dan kezholiman yang terjadi dalam OSPEK, dilakoni oleh para mahasiswa senior:

    * Penyiksaan Hamba-hamba Allah

    Para senior menyiksa para mahasiswa baru (junior) dalam OSPEK adalah perkara yang sudah menjadi rahasia umum; mulai dari kengkreng, mencambuk, memukul, menempeleng, merendam orang, merayap dalam jarak jauh, menendang, melukai, dan lainnya. Para senior telah lepas kontrol, seakan binatang buas menyeruduk, dan melakukan apa saja yang mereka inginkan; seakan manusia purba yang hidup tanpa aturan, dan bergaya anarkis. Demi Allah, mereka akan dihisab, dan disiksa oleh Allah. Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,

    إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يُعَذِّبُ الَّذِيْنَ يُعَذِّبُوْنَ النَّاسَ فِيْ الدُّنْيَا

    "Sesungguhnya Allah -Azza wa Jalla- akan menyiksa orang-orang yang menyiksa manusia di dunia". [HR. Muslim (2613), dan Abu Dawud (3045)]

    Bentuk penyiksaan yang sering dilakukan oleh senior, memukul para junior, bahkan menampar wajahnya yang mulia. Al-Imam An-Nawawiy-rahimahullah- berkata, "Adapun memukul wajah, maka hal itu terlarang pada setiap hewan yang terhormat berupa manusia, keledai, kuda, onta, bagal,kambing, dan lainnya. Tapi hal itu pada manusia lebih bermasalah, karena wajah adalah pusat keindahan. Disamping itu, wajah juga lembut, karena akan nampak padanya bekas pukulan. Terkadang pukulan itu akan merusaknya, dan mengganggu sebagian panca indra". [Lihat Syarh Shohih Muslim (14/323)]

    * Membuat Orang Marah, dan Jengkel


    Menyayangi, dan menghormati orang-orang yang lebih rendah kedudukannya (seperti, orang miskin, mahasiswa junior, anak kecil, dan lainnya) adalah perkara yang dianjurkan oleh agama kita. Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,

    مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيْرَنَا وَيَعْرِفْ حَقَّ كَبِيْرِنَا فَلَيْسَ مِنَّا

    "Barangsiapa yang tidak menyayangi orang kecil diantara kami, dan tidak mengenal hak orang besar (orang tua) diantara kami, maka ia bukan termasuk golongan kami". [HR. Abu Dawud (4943), dan At-Tirmidziy (1920)]

    Orang-orang yang tidak menyayangi, dan tak menghormati orang-orang kecil dan rendahan, maka mereka tak disayangi oleh Allah. Bahkan mereka telah membuat Allah murka kepadanya, jika ia membuat orang-orang rendahan jadi marah dan jengkel. Amr bin A’idz Al-Muzaniy -radhiyallahu ‘anhu- berkata,

    أَنَّ أَبَا سُفْيَانَ أَتَى عَلَى سَلْمَانَ وَ صُهَيْبٍ وَبِلاَلٍ فِيْ نَفَرٍ فَقَالُوْا: وَاللهِ, مَا أَخَذَتْ سُيُوْفُ اللهِ مِنْ عُنُقِ عَدُوِّ اللهِ مَأْخَذَهَا قَالَ: فَقَالَ أَبُوْ بَكْرٍ: أَتَقُوْلُوْنَ هَذَا لِشَيْخِ قُرَيْشٍ وَسَيِّدِهِمْ ؟ فَأَتَى النَّبِيَّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبَرَهُ, فَقَالَ: يَا أَبَا بَكْرٍ, لَعَلَّكَ أَغْضَبْتَهُمْ, لَئِنْ كُنْتَ أَغْضَبْتَهُمْ لَقَدْ أَغْضَبْتَ رَبَّكَ

    "Abu Sufyan pernah datang (waktu itu masih musyrik, -pen) kepada Salman, Shuhaib, dan Bilal bersama rombongan. Mereka pun (Salman, dkk) berkata, "Demi Allah, pedang-pedang Allah belum mengenai leher musuh-musuh Allah". Amer bin A’idz berkata, "Abu Bakar berkata, "Apakah kalian mau mengucapkan hal seperti ini kepada Orang tua dan Pemimpin Quraisy ini (yakni, Abu Sufyan)? Lalu Abu Bakar pun datang kepada Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- seraya mengabarkan kejadian itu. Beliau bersabda, "Wahai Abu Bakar, barangkali engkau telah membuat mereka marah. Jika kau telah membuat mereka marah, maka kau telah membuat Robb-mu marah". [HR. Muslim (2504)]

    Al-Imam Abu Zakariyya’ An-Nawawiy-rahimahullah- berkata, "Dalam hadits ini terdapat keutamaan yang jelas bagi Salman, dan kawan-kawan mereka ini. Di dalamnya juga terdapat (anjuran) untuk menjaga hati (perasaan) orang-orang lemah, orang yang beragama; memuliakan, dan bersikap lembut kepada mereka". [Lihat Al-Minhaj (16/66)]

    Jadi, membuat orang-orang lemah dan rendahan jadi marah dan tersinggung merupakan perkara yang tercela dalam Islam. Apalagi jika orang lemah adalah orang yang sholeh dan beragama.

    oleh :Yusuf يُوْسُفَ Lukum

    Minggu, 18 Juli 2010

    Keutamaan Bulan Ramadhan

    Ramadhan adalah Bulan Diturunkannya Al Qur’an

    Bulan ramadhan adalah bulan yang mulia. Bulan ini dipilih sebagai bulan untuk berpuasa dan pada bulan ini pula Al Qur’an diturunkan. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

    شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ

    “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.” (QS. Al Baqarah: 185)

    Ibnu Katsir rahimahullah tatkala menafsirkan ayat yang mulia ini mengatakan, ”(Dalam ayat ini) Allah Ta’ala memuji bulan puasa –yaitu bulan Ramadhan- dari bulan-bulan lainnya. Allah memuji demikian karena bulan ini telah Allah pilih sebagai bulan diturunkannya Al Qur’an dari bulan-bulan lainnya. Sebagaimana pula pada bulan Ramadhan ini Allah telah menurunkan kitab ilahiyah lainnya pada para Nabi ’alaihimus salam.”[1]

    Setan-setan Dibelenggu, Pintu-pintu Neraka Ditutup dan Pintu-pintu Surga Dibuka Ketika Ramadhan Tiba

    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

    إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ

    ”Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan pun dibelenggu.”[2]

    Al Qodhi ‘Iyadh mengatakan, “Hadits di atas dapat bermakna, terbukanya pintu surga dan tertutupnya pintu Jahannam dan terbelenggunya setan-setan sebagai tanda masuknya bulan Ramadhan dan mulianya bulan tersebut.” Lanjut Al Qodhi ‘Iyadh, “Juga dapat bermakna terbukanya pintu surga karena Allah memudahkan berbagai ketaatan pada hamba-Nya di bulan Ramadhan seperti puasa dan shalat malam. Hal ini berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Di bulan Ramadhan, orang akan lebih sibuk melakukan kebaikan daripada melakukan hal maksiat. Inilah sebab mereka dapat memasuki surga dan pintunya. Sedangkan tertutupnya pintu neraka dan terbelenggunya setan, inilah yang mengakibatkan seseorang mudah menjauhi maksiat ketika itu.” [3]

    Terdapat Malam yang Penuh Kemuliaan dan Keberkahan

    Pada bulan ramadhan terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan yaitu lailatul qadar (malam kemuliaan). Pada malam inilah –yaitu 10 hari terakhir di bulan Ramadhan- saat diturunkannya Al Qur’anul Karim.

    Allah Ta’ala berfirman,

    إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3

    ”Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada lailatul qadar (malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al Qadr: 1-3).

    Dan Allah Ta’ala juga berfirman,

    إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ

    ”Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (QS. Ad Dukhan: 3). Yang dimaksud malam yang diberkahi di sini adalah malam lailatul qadr. Inilah pendapat yang dikuatkan oleh Ibnu Jarir Ath Thobari rahimahullah[4]. Inilah yang menjadi pendapat mayoritas ulama di antaranya Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma.[5]

    Bulan Ramadhan adalah Salah Satu Waktu Dikabulkannya Do’a

    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

    إِنَّ لِلّهِ فِى كُلِّ يَوْمٍ عِتْقَاءَ مِنَ النَّارِ فِى شَهْرِ رَمَضَانَ ,وَإِنَّ لِكُلِّ مُسْلِمٍ دَعْوَةً يَدْعُوْ بِهَا فَيَسْتَجِيْبُ لَهُ

    ”Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa orang dari api neraka pada setiap hari di bulan Ramadhan,dan setiap muslim apabila dia memanjatkan do’a maka pasti dikabulkan.”[6]

    Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

    ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَالإِمَامُ الْعَادِلُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ

    “Tiga orang yang do’anya tidak tertolak: orang yang berpuasa sampai ia berbuka, pemimpin yang adil, dan do’a orang yang dizholimi”.[7] An Nawawi rahimahullah menjelaskan, “Hadits ini menunjukkan bahwa disunnahkan bagi orang yang berpuasa untuk berdo’a dari awal ia berpuasa hingga akhirnya karena ia dinamakan orang yang berpuasa ketika itu.”[8] An Nawawi rahimahullah mengatakan pula, “Disunnahkan bagi orang yang berpuasa ketika ia dalam keadaan berpuasa untuk berdo’a demi keperluan akhirat dan dunianya, juga pada perkara yang ia sukai serta jangan lupa pula untuk mendoakan kaum muslimin lainnya.”[9]

    Raihlah berbagai keutamaan di bulan tersebut, wahai Saudaraku!

    Semoga Allah memudahkan kita untuk semakin meningkatkan amalan sholih di bulan Ramadhan.

    Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

    Artikel www.muslim.or.id

    Kamis, 15 Juli 2010

    Inilah Cara Meluruskan Qiblat 14-18 Juli Pukul 16.27 WIB

    APAKAH arah kiblat masjid bisa berubah atau bergeser akibat gempa bumi maupun bergeraknya lempeng Bumi seperti isu yang tengah berkembang? Jawabannya tentu TIDAK! Artinya pengukuran sebelumnya memang yang membuat arah kiblat masjid tersebut tidak tepat. Dan para pakar geologi menegaskan bahwa kiblat tidak akan bergeser karena gempa maupun pergeseran lempeng Bumi.


    Apakah arah kiblat cukup ke BARAT, sebagaimana yang difatwakan oleh MUI beberapa waktu yang lalu? Jawabannya tentu TIDAK! Sebab di zaman sekarang menentukan arah kiblat semudah membalik telapak tangan, karena saking mudahnya alias tidak sulit.

    “Dan dari mana saja engkau keluar (untuk shalat), maka hadapkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram (Ka’bah), dan sesungguhnya perintah berkiblat ke Ka’bah itu adalah benar dari Tuhanmu. Dan (ingatlah), Allah tidak sekali-kali lalai akan segala apa yang kamu lakukan.” (QS. Al-Baqarah : 149)

    “Baitullah (Ka’bah) adalah kiblat bagi orang-orang di dalam Masjid Al-Haram dan Masjid Al-Haram adalah kiblat bagi orang-orang yang tinggal di Tanah Haram (Makkah) dan Makkah adalah qiblat bagi seluruh penduduk bumi Timur dan Barat dari umatku” (HR. Al-Baihaqi)

    “Jika kamu mendirikan shalat, maka sempurnakanlah wudhu, kemudian menghadap kiblat, lalu takbir, kemudian bacalah apa yang kamu hafal dari qur’an, lalu ruku’ sampai sempurna, kemudian i’tidal sampai sempurna, kemudian sujud sampai sempurna, kemudian duduk di antara dua sujud sampai sempurna, kemudian sujud sampai sempurna, lakukanlah yang demikian itu setiap rekaat.” (HR. Abu Hurairah)

    ...Sebab di zaman sekarang menentukan arah kiblat semudah membalik telapak tangan karena saking mudahnya. Alatnya hanya jam dan tongkat atau seutas benang...

    Dalam ajaran Islam, menghadap ke arah kiblat atau bangunan Ka’bah yang berada di Masjidil Haram adalah merupakan tuntutan syariah dalam melaksanakan ibadah tertentu. Berkiblat wajib dilakukan ketika hendak mengerjakan shalat dan menguburkan jenazah Muslim. Menghadap kiblat juga merupakan ibadah sunah ketika tengah azan, berdoa, berzikir, membaca Al-Quran, menyembelih binatang dan sebagainya.


    Mengukur Arah Qiblat yang Murah, Praktis, Akurat dan Ilmiah
    Lantas apakah bisa mengukur arah kiblat secara presisi dengan biaya yang murah? Jawabannya adalah BISA! Yaitu dengan menggunakan fenomena astronomis yang terjadi pada hari yang disebut sebagai yaumul rashdil qiblat atau hari meluruskan arah kiblat karena saat itu Matahari tepat di atas Ka’bah. Fenomena yang terjadi 2 kali selama setahun ini dikenal juga dengan istilah “Transit Utama” atau “Istiwa A’dhom.” Pada tanggal 28 Mei dan 16 Juli 2010 Matahari tepat berada di atas Ka’bah.
    Istiwa, dalam bahasa astronomi adalah transit yaitu fenomena saat posisi Matahari melintasi di meridian langit. Dalam penentuan waktu shalat, istiwa digunakan sebagai pertanda masuknya waktu shalat Zuhur. Setiap hari dalam wilayah Zona Tropis yaitu wilayah sekitar garis Khatulistiwa antara 23,5˚ LU sampai 23,5˚ LS posisi Matahari saat istiwa’ selalu berubah, terkadang di Utara dan disaat lain di Selatan sepanjang garis Meridian. Hingga pada saat tertentu sebuah tempat akan mengalami peristiwa yang disebut Istiwa A’dhom yaitu saat Matahari berada tepat di atas kepala pengamat di lokasi tersebut.

    Hal ini bisa dipahami sebab akibat gerakan semu Matahari yang disebut sebagai gerak tahunan Matahari. Ini diakibatkan selama Bumi beredar mengelilingi Matahari sumbu Bumi miring 66,5˚ terhadap bidang edarnya sehingga selama setahun Matahari terlihat mengalami pergeseran antara 23,5˚ LU sampai 23,5˚ LS. Pada saat nilai azimuth Matahari sama dengan nilai azimuth lintang geografis sebuah tempat maka di tempat tersebut terjadi Istiwa A’dhom yaitu melintasnya Matahari melewati zenit lokasi setempat.
    Demikian halnya Ka’bah yang berada pada koordinat 21,4° LU dan 39,8° BT dalam setahun juga akan mengalami 2 kali peristiwa Istiwa A’dhom yaitu setiap tanggal 28 Mei sekitar pukul 12.18 waktu setempat dan 16 Juli sekitar pukul 12.27 waktu setempat. Jika waktu tersebut dikonversi maka di Indonesia peristiwanya terjadi pada 28 Mei pukul 16.18 WIB dan 16 Juli pukul 16.27 WIB. Dengan adanya peristiwa Matahari tepat di atas Ka’bah tersebut maka umat Islam yang berada jauh dan berbeda waktu tidak lebih dari 5 atau 6 jam dapat menentukan arah kiblat secara presisi menggunakan teknik bayangan Matahari.

    ...Konsep mengukur arah kiblat ini sangat sederhana. Pada tanggal 16 Juli 2010 pukul 16:27 WIB, matahari tepat berada di atas Ka’bah. Maka Posisi Matahari adalah Arah Kiblat, dan Bayangan Matahari adalah Arah Kiblat...


    Konsepnya sederhana!

    Konsep mengukur arah kiblat ini sangat sederhana.

    1. Saat Matahari di atas Ka’bah maka semua bayangan benda tegak akan mengarah ke Ka’bah.

    2. Pada tanggal 28 Mei 2010 pukul 16:18 WIB dan 16 Juli 2010 pukul 16:27 WIB, Matahari tepat berada di atas Ka’bah

    3. Posisi Matahari = Arah Kiblat

    4. Bayangan Matahari = Arah Kiblat

    Inilah cara menera (mengukur) arah Qiblat dengan tepat:

    1. Penentuan arah kiblat menggunakan fenomena Istiwa A'dhom hanya berlaku untuk tempat-tempat yang pada saat peristiwa itu terjadi (tanggal 16 Juli 2010 pukul 16:27 WIB), dapat melihat matahari secara langsung.

    2. Siapkan jam atau arloji yang sudah dicocokkan (dikalibrasi) waktunya secara tepat sesuai dengan radio, televisi, internet atau telepon ke 103.

    3. Tentukan lokasi masjid, musholla, surau atau rumah yang akan diluruskan arah kiblatnya.

    4. Sediakan tongkat lurus panjang minimal 1 meter. Akan lebih bagus jika menggunakan benang besar yang diberi bandul sehingga tegak benar.

    5. Tentukan lokasi pengukuran; di dalam masjid (diutamakan) atau di sisi Selatan Masjid atau di sisi Utara atau di halaman depan masjid. Yang penting tempat tersebut datar dan masih mendapatkan penyinaran Matahari saat peristiwa Istiwa A’dhom (matahari di atas Ka’bah) sedang berlangsung.

    6. Pasang tongkat secara tegak dengan bantuan lot tukang (jika menggunakan tongkat) atau pasang benang lengkap dengan bandul serta penyangganya di tempat tersebut. (Persiapan jangan terlalu mendekati waktu terjadinya fenomena agar tidak terburu-buru)

    7. Tunggu sampai saat Istiwa A’dhom terjadi dan amatilah bayangan Matahari yang terjadi. Berilah tanda menggunakan spidol, benang, lakban, penggaris atau alat lain yang dapat membuat tanda lurus. Maka itulah arah kiblat yang sebenarnya

    8. Gunakan benang, sambungan pada tegel lantai, atau teknik lain yang dapat meluruskan arah kiblat ini ini ke dalam masjid. Intinya yang hendak kita ukur sebenarnya adalah garis shaff yang posisinya tegak lurus (90°) terhadap arah kiblat. Maka setelah garis arah kiblat kita dapatkan untuk membuat garis shaff dapat dilakukan dengan mengukur arah sikunya dengan bantuan benda-benda yang memiliki sudut siku misalnya lembaran triplek atau kertas karton.

    9. Sebaiknya bukan hanya masjid atau mushalla atau surau saja yang perlu diluruskan arah kiblatnya. Mungkin kiblat di rumah kita sendiri selama ini juga saat kita shalat belum tepat menghadap ke arah yang benar. Sehingga saat peristiwa tersebut ada baiknya kita juga bisa melakukan pelurusan arah kiblat di rumah masing-masing. Semoga cuaca cerah.

    10. Jika anda khawatir gagal karena Matahari terhalang oleh mendung (atau kendala lainya), maka toleransi pengukuran dapat dilakukan pada H-2 hingga H+2 (tanggal 14 sd 18 Juli 2010), dengan cara menambah 3 menit perhari sesudahnya (tanggal 17-18 Juli), dan mengurangi 3 menit per hari sebelumnya (tanggal 14-15 Juli).

    Semoga dengan lurusnya arah kiblat kita, ibadah shalat yang kita kerjakan menjadi lebih afdhal dan doanya lebih dikabulkan. Amin. [taz/voa-islam.com]

    Luruskan Arah Qiblat 14-18 Juli Pukul 16.27 WIB, Demi Kesempurnaan Shalat

    JAKARTA (voa-islam.com) – Umat Islam seluruh Indonesia diimbau untuk menera ulang (meluruskan) arah qiblat hari Jum’at 16 Juli 2010 pukul 16.27 WIB. Dalam ilmu falaq (astronomi), hari ini dikenal dengan yaum rashdil qiblah (hari untuk mencocokkan arah qiblat), karena matahari tepat berada di atas Ka’bah. Berdasarkan data hisab MUI, Muhammadiyah dan Nadhlatul Ulama, yaum rashdil qiblah terjadi Jum’at sore, 16 Juli 2010.

    Berdasarkan data hisab ini, MUI mengimbau kepada pra pengurus masjid di seluruh Indonesia, untuk keakuratan arah ibadah shalat.

    “Daerah mana pun yang mampu menerima sinar matahari pada jam itu (pukul 16.27 WIB, red.), kita bisa sederhana menera arah qiblat. Arah lawan bayangan itulah arah qiblat berada, karena jam itu posisi matahari tepat berada di atas Ka’bah,” ujar Sekretaris MUI Asrorun Niam, Kamis (15/7/2010).

    Tepat pukul 12.27 waktu Arab Saudi, posisi matahari tepat berada di atas Ka’bah, adalah saat yang tepat bagi umat Islam di seluruh dunia untuk meluruskan atau menera ulang arah qiblat.


    Khusus bagi umat Islam Indonesia, pukul 12.27 waktu Arab Saudi itu bertepatan dengan pukul 16.27 WIB. Jika pada bagian Indonesia tengah dan timur pada waktu itu masih bisa menerima sinar matahari, maka masjid-masjid di daerah itu bisa melakukan tera ulang dengan toleransi kurang lebih 5 menit.

    “Tepatnya 16 Juli dengan waktu toleransi H-2 sampai H+2 juga masih akurat. Toleransi waktu plus minus 5 menit masih akurat,” imbuhnya.

    Dengan imbauan ini MUI meminta para pengurus masjid di Indonesia untuk melakukan tera ulang arah kiblat dengan memanfaatkan momentum ini. Momentum pertama untuk menera ulang Ka’bah pernah terjadi dua bulan lalu, tepatnya tanggal 28 Mei 2010 pukul 16.18 WIB. Dalam ilmu falak (astronomi), hari itu disebut dengan yaum rashdil qiblah (hari untuk mencocokkan arah qiblat).

    “Secara otomatis konsekuensi tentang qiblat kita minta kepada masyarakat muslim pengurus masjid menera ulang melalukan ijtihad sederhana menentukan arah qiblat. Yang paling penting seandainya arah masjid kurang pas, tidak serta merta membongkar masjid, tinggal geser saja sajadahnya,” ungkap doktor Hukum Islam ini.

    Jika arah qiblat salah, geser shafnya, jangan bongkar masjidnya

    Data terjadinya rashdul qiblat besok Jum’at juga diaminkan oleh Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Peristiwa roshdul qiblat akan membantu umat Islam dalam meluruskan arah kiblat dengan cara yang sederhana, karena pada momen itu matahari benar-benar berada di atas Ka’bah sehingga segala sesuatu yang berdiri tegak bayangannya menuju kiblat. Karenanya, PBNU mengimbau umat Islam agar meluruskan arah qiblat besok Jum’at.

    “Harap kaum muslimin dapat memanfaatkan peristiwa ini untuk mengukur arah kiblat di rumah masing-masing, musholla dan masjid setempat,” imbau KH Ghazalie Masroeri, Ketua Lajnah Falakiyah PBNU, di Jakarta, Kamis (15/7).

    Kiyai Ghazali menambahkan, jika dalam pengukuran ditemukan ada musholla dan masjid yang belum lurus arah kiblatnya, tidak perlu memunculkan opsi membongkar musholla atau masjid.

    “Perlu kami sampaikan berulang kali, apabila belum lurus, jangan dibongkar bangunannya tapi diluruskan shafnya saja,” katanya.

    Pada momen rosdul kiblat ini Lajnah Falakiyah PBNU juga mengimbau jajaran Lajnah Falakiyah di seluruh indonesia untuk mempelopori Gerakan Peduli Rosydul Qiblat (GPRQ) kedua untuk melanjutkn sukses GPRQ pertama bulan Mei yang lalu.

    Perbedaan waktu roshdul kiblat antara Jakarta dan daerah lainnya di Indonesia tidak terlampau jauh, berbeda dengan waktu sholat. ”Paling-paling berbeda 1 sampai 2 menit saja. Silakan dilihat di kalender setempat atau menghubungi ahli falak setempat,” kata Kiai Ghazali.

    Mengingat waktu roshdul kiblat ini sangat singkat, sekitar 1 menit saja, Lajnah Falakiyah mengimbau pihak-pihak yang ingin mengoreksi arah kiblat untuk mempersiapkan lebih awal, misalnya dengan memasang benda tegak lurus disamping masjid yang memungkinkan terkena sinar matahari pada waktu terjadinya roshdul qiblat.


    [taz/dari berbagai sumber]

    Senin, 12 Juli 2010

    (Guyonan Suroboyoan # 2)Mendua Gara Gara Piala Dunia

    Sumar pas enak-enak nontok bal-balan Piala Dunia ndhik tv, moro-moro bojone ngeriwuki "Cak, lampu terase pedhot, tulung pasangno sing anyar po'o".

    "Masang lampu ?!!!. Koen kiro aku iki PLN ta...!!! " jare Sumar muring-muring.

    "Yo wis lek gak gelem, ngene ae cak, tulung benakno kran banyu ndhik jeding po'o cak, eman banyune amber-amber" takok bojone maneh.

    "Mbenakno kran ?!!!. Koen kiro aku iki PDAM ta ...!!! " jare Sumar ambek menteleng.

    "Lengo gase yo entek pisan Cak, lek sampeyan tuku rokok aku tulung tukokno pisan po'o cak.."

    "Dikandani jek nambeng ae arek iki, koen kiro aku iki PERTAMINA ta..!!! " Sumar tambah mangkel.

    Mergo mangkel diriwuki terus, Sumar minggat nontok bal-balan ndhik omahe koncone.

    Mulih jam loro isuk, Sumar kaget terase wis padhang. Pas wisuh ndhik jeding banyune yo wis gak amber maneh. Sumar yo ndhelok lek jerigen lengo gase wis diisi full.

    Isuk’e Sumar takok ambek bojone sopo sing nulungi.

    "Ngene lo Cak, mari sampeyan minggat mau, aku nuangis ndhik ngarep omah. Mari ngono onok arek lanang ngguanteng teko. De'e takok opoko kok nangis. Aku yo cerito lek lampuku pedhot, kranku bocor, lengo gasku entek, bojoku purik. Lha de'e nawakno kate nulungi cumak onok sarate.... " bojone cerito.

    "Opo sarate ?" Sumar mulai curiga.

    "Sarate iku aku isok milih, nggawekno roti utowo nglencer karo de'e " jare bojone.

    "Lha terus kon gawekno roti opo..? " Sumar takok maneh.

    "Nggawekno roti ?!!!. Sampeyan kiro aku iki Pabrik Roti ta !!!..."

    4 Pemain Cetak Gol yang Sama, Muller Sabet Gelar Top Skorer, Mengapa.?

    Jerman masih mendapatkan hadiah hiburan di Piala Dunia 2010 setelah Thomas Muller terpilih sebagai pencetak gol terbanyak sekaligus menjadi pemain muda terbaik di turnamen sepakbola dunia empat tahunan yang berlangsung di Afrika Selatan ini.

    Sebetulnya tercatat ada empat nama yang menjadi pencetak gol terbanyak di Piala Dunia 2010 dengan torehan lima gol. Selain Muller, pemain yang mengoleksi lima gol pada edisi tahun ini adalah David Villa, Wesley Sneijder, dan Diego Forlan.

    Namun FIFA mempunyai regulasi dalam menentukan pencetak gol terbanyak jika ada kesamaan jumlah gol. Berdasarkan regulasi FIFA di Piala Dunia ini, jumlah assist menjadi perhitungan. Jika masih sama, maka jumlah menit penampilan sang pemain pun diperbandingkan. Pemain dengan catatan waktu lebih sedikit dinilai lebih unggul.

    Muller telah memberikan assist tiga kali kepada rekannya untuk mencetak gol. Sedangkan Villa dan Sneijder masing-masing tercatat memberikan assist sebanyak satu kali. Dengan demikian, Muller berhak mendapatkan sepatu emas. Sedangkan Villa di tempat kedua, karena jumlah menit penampilannya lebih sedikit dibandingan Sneijder.

    Prestasi Muller ini menyamai seniornya, Miroslav Klose, yang tampil sebagai top skorer di Piala Dunia 2006 dengan torehan lima gol.

    Selain itu, Muller juga menyandang status pemain muda terbaik di Piala Dunia kali ini.

    “Muller merupakan pemain yang paling melesat pada tahun ini. Ia baru memulai debutnya bersama tim Jerman senior pada Maret lalu, dan telah menjadi bagian penting dari tim,” demikian pernyataan tim grup studi teknik [TSG] dilansir laman resmi FIFA.

    Berita Terkini Piala Dunia 2010
    http://id.sports.yahoo.com/football/world-cup/news/muller-sabet-gelar-top-skorer-pemain-muda--fbintl_goal-id-173c4ed7f9d2da6b878ed0fca0219bf9.html

    Sabtu, 10 Juli 2010

    (Guyonan Suroboyoan # 1) Ngumbah Kucing nggawe Rinso

    Wonokairun tuku rinso ndhik tokone Bunali.

    “Mbah, kok dengaren sampeyan umbah-umbah dhewe ?” takok Bunali.

    “Aku katene ngumbah kucing” jare Wonokairun.

    “Gak salah tah Mbah?” Bunali bingung.


    “Iyo soale kucingku akeh tumone.” Jare Wonokairun.

    “Wah yo isok matek kucing sampeyan Mbah” Bunali ngilingno.

    “Lho koncoku wingi ngono, gak opo-opo kok” jare Wonokairun.

    Mari mbayar, Wonokairun mulih katene ngumbah kucinge.

    Sisuke, Wonokairun teko maneh ndhik tokone Bunali kate tuku rokok.

    “Yok opo kucing sampeyan Mbah ?” takok Bunali.

    “Kucingku matek“ jare Wonokairun.

    “Lho lak temen ta... Sampeyan iku tak kandhani gak percoyo. Laopo kucing atik diumbah ambek rinso, wong onok obat tumo” jare Bunali nyeneni.

    “Kucingku matek gak mergo rinso” jare Wonokairun njelasno.

    “Lha opok’o kok matek??” Bunali gak sabar.

    “Tak peres.....”

    Kamis, 08 Juli 2010

    10 ALASAN MENGAPA MALAYSIA MELARANG ESQ ARY GINANJAR

    TEMPO Interaktif, Jakarta - Pejabat Mufti Wilayah Persekutuan yang meliputi Kuala Lumpur, Putrajaya dan Labuan 10 Juni lalu mengeluarkan sebuah fatwa yang mengejutkan. Fatwa yang ditandatangani oleh Datuk Hj. Wan Zahidi Bin Wan Teh menganggap Emotional and Spiritual Quotient (ESQ) milik Ary Ginanjar Agustian meyimpang dari ajaran-ajaran agama Islam.


    Menurut Pejabat Mufti (pemuka agama yang mewakili negara bagian), ESQ "Leadership Training" yang diajarkan Ary Ginanjar Agustian menyimpang dari ajaran Islam. Alasannya, apa yang disampaikan Ary mengandung ajaran-ajaran yang bisa merusak akidah dan syariah Islam.

    Penyelewengan itu, menurut Mufti seperti yang dimuat dalam situs muftiwp.gov.my, karena ajaran Ary mengandung paham liberalisme dimana ia menerjemahkan nash-nash al-Quran secara bebas. Selain itu, ESQ juga mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan benar.

    10 alasan itu adalah:
    1. Mendukung paham liberalisme dimana mereka memahami atau menafsirkan nash-nash Al-Quran dan As-Sunnah secara bebas, dan paham pluralisme agama yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan benar. Kedua paham ini adalah sesat dan bisa membawa kepada kekufuran.

    2. Menganggap bahwa para Nabi mencapai kebenaran melalui pengalaman dan pencarian. Ini berbeda dengan akidah Islam tentang Nabi dan Rasul. Menurut akidah Ahli Sunnah Wal Jamaah, kenabian dan kerasulan adalah pilihan Allah Ta'ala semata-mata (al-Isthifaiyyah), dan bukan sesuatu yang bisa diusahakan (al-Kasbiyyah).

    3. Mencampuradukkan ajaran kerohanian bukan Islam dengan ajaran Islam, 'SQ' adalah hasil penemuan seorang Yahudi, Danah Zohar, sedangkan 'God Spot' adalah hasil kajian seorang Hindu VS Ramachandran. Kedua penemu itu disahkan dengan ayat Al-Quran (Al-Hajj, ayat 46).

    4. Menekankan konsep 'suara hati' atau 'conscience' sebagai sumber rujukan utama dalam menentukan baik dan buruk sesuatu perbuatan. Konsep suara hati adalah ajaran paling suci dalam agama Kristiani. Konsep suara hati juga merupakan ajaran Hindu seperti yang dijelaskan oleh Swami Vivekandanda. Menurut Imam Abu al-Abbas, pendapat demikian adalah zindik dan kufur.

    5. Menjadikan logika sebagai sumber rujukan utama. Ini bertentangan dengan akidah Islam yang menetapkan bahwa Al-Quran dan As-Sunnah sebagai sumber rujukan utama.

    6. Mengingkari mukjizat dan menganggapnya tidak dapat diterima oleh akal dan tidak sesuai dengan zaman sekarang yang serba logika. Padahal mengingkari mukjizat adalah kufur ... dengan ijma' ulama karena itu berarti mengingkari nash-nash Al-Quran dan Hadis Mutawatir yang mentsabitkan (menetapkan) adanya mukjizat bagi para Nabi alaihi salam.

    7. Menggunakan Kode 19 buatan Rasyad Khalifah untuk menafsirkan Al-Quran. Rasyad Khalifah mengaku dirinya sebagai rasul dan membawa agama baru yang dinamakan 'submission'. Teori Kode 19 dianggap lebih tinggi daripada Al-Quran karena mengikuti teori ini, ayat-ayat Al-Quran perlu dibuang atau ditambah bagi menyesuaikan dengan Kode 19.

    8. Menyamakan bacaan Al-Fatihah sebanyak 17 kali sehari oleh orang Islam dengan amalan Bushido oleh orang Jepang yang berdasarkan pada ajaran Buddha.

    9. Menganggap bahwa kekuatan luar biasa seperti mukjizat bisa berlaku melalui rumus Zero Mind Process (ZMP). Dengan rumusan ZMP ini, ESQ mengibaratkan mukjizat Nabi Musa ketika diselamatkan dari Fir'aun bisa juga berlaku pada orang lain seperti yang berlaku kepada juru terbang Kapten Abdul Razak. Faham mukjizat seperti ini, merupakan ajaran agama Hindu seperti yang diterangkan oleh Swami Vivekananda.

    10. Menafsirkan makna kalimah syahadat dengan 'triple one'. Ini adalah tafsiran bid'ah dan sesat. Dalam konteks akidah, 'triple one' digunakan oleh Kristian untuk menguraikan konsep trinity. (aslinya lihat di situs www.muftiwp.gov.my).

    SUMBER - http://www.tempointeraktif.com/hg/kesra/2010/07/07/brk,20100707-261651,id.html dengan perubahan tata bahasa yg Insya Allah tidak mengubah isi.

    Rabu, 07 Juli 2010

    Ketika Ulama Bercanda, Sungguh Penuh Hikmah

    Membaca candaan para Ulama menjadikan hati terhibur...
    Alhamdulillah...

    1. Ada seorang pemuda penuntut ilmu pernah naik mobil bersama Syaikh al-Abani rahimahullah. Syaikh al-Abani mengemudi mobilnya dengan kecepatan tinggi. Melihatnya, maka pemuda itupun menegur:”Wahai Syaikh,ini namanya ‘ngebut’ dan hukumnya tidak boleh. “Syaikh ibnu Baz mengatakan bahwa hal ini termasuk menjerumuskan diri dalam kebinasaan. Mendengarnya, Syaikh al-Albani rahimahullah tertawa lalu berkata:”Ini adalah fatwa seseorang yang tidak merasakan nikmatnya mengemudi mobil!!.” Pemuda itu berkata: “Syaikh, akan saya laporkan hal ini kepada Syaikh Abdul Aziz bin Baz.” Jawab Syaikh al-Abani;”Silahkan,laporkan saja.”

    Pemuda itu melanjutkan ceritanya: “Suatu sa’at, saya bertemu dengan Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah di Makkah maka saya laporkan dialog saya dengan Syaikh al-Abani rahimahullah tersebut kepada beliau.Mendengarnya, beliau juga tertawa seraya berkata: ‘Katakan padanya:”ini adalah fatwa seseorang yang belum merasakan enaknya terkena denda!” (Al-Imam Ibnu Baz,Abdul Aziz as-Shadan hlm.73)

    2. Diceritakan bahwa suatu ketika Raja Khalid rahimahullah mengunjungi
    rumah Syaikh Ibn Utsaimin rahimahullah, sebagaimana kebiasaan para raja sebagai sikap
    menghormati dan memuliakan para ulama. Dan ketika sang Raja melihat rumah
    Syaikh yg sangat sederhana maka raja menawarkan kepada Syaikh untuk
    dibangunkan sebuah rumah untuk beliau, Syaikh berterimakasih dan
    berkata:”Saya sedang membangun rumah di daerah As-Salihiyah (wilayah
    Unayzah, Qasim), bagaimanapun mesjidnya dan panti sosialnya membutuhkan
    bantuan (dana)”

    Maka setelah sang Raja pergi, beberapa orang yg ikut dlm pertemuan itu
    berkata: “Wahai Syaikh, kami tidak mengetahui kalau anda sedang membangun
    rumah di As-Salihiyah?”

    Maka Syaikh menjawab: “Bukankah pekuburan ada di As-Salihiyah?”

    (Ad-Dur Ath-Thamin Fi Tarjamti Faqihil Ummah Al-`Allamah ibn Utsaimin – p.218)

    3. Ada salah seorang suami dari cucu Syaikh Ibnu Baz menemui beliau dan berkata, “Wahai Syaikh, kami ingin agar engkau mengunjungi dan makan di rumah kami”. Jawaban beliau, “Tidak masalah, jika engkau menikah untuk kedua kalinya maka kami akan datang ke acara walimah insya Allah”.

    Setelah pulang, orang ini bercerita kepada istrinya tentang apa yang dikatakan oleh kakeknya. Kontan saja cucu perempuan dari Syaikh Ibnu Baz buru-buru menelpon kakeknya. “Wahai Syeikh, apa maksudnya?”. Ibnu Baz berkata kepada cucunya, “Kami hanya guyon dengan dia. Kami tidak mengharuskannya untuk nikah lagi. Kami akan berkunjung ke rumahmu meski tidak ada acara pernikahan”. (www.ustadzaris.com)

    4. Abdullah bin Ali Al-Matawwu’ menceritakan bahwa dia menemani Syaikh Ibn
    Utsaimin (dari Unayzah) menuju Al-Bada-i yg jaraknya 15 km dari Unayzah
    untuk memenuhi undangan makan siang.

    Setelah makan siang, ketika mereka dlm perjalanan pulang mereka melihat
    seorang dgn jenggot berwarna merah (mungkin dicelup dgn hinna) dgn wajah
    tenang melambaikan tangan (mencari tumpangan).

    Syaikh berkata: “Pelanlah! kita akan mengajaknya bersama kita”

    Maka Syaikh berkata kpd orang itu: “Engkau mau kemana?”

    Orang itu menjawab: “Ajak aku bersama kalian ke Unayzah”

    Syaikh berkata: “Dengan dua syarat, pertama engkau tidak boleh merokok,
    kedua engkau harus mengingat Allah”

    Orang itu menjawab: “Masalah rokok, aku tidak merokok, walaupun tadi aku
    menumpang seseorang yg merokok dan (karena itu) aku minta diturunkan
    disini, dan tentang mengingat Allah maka tidak ada muslim kecuali dia
    mengingat Allah”

    Maka orang itu naik ke mobil

    (Terlihat jelas sepanjang perjalanan bahwa) orang itu tidak menyadari
    kalau dia sedang bersama Syaikh Ibn Utsaimin. Ketika tiba di Unayzah orang
    itu berkata:”Tunjukkan padaku rumah Syaikh Ibn Utsaimin, karena aku punya
    pertanyaan yg ingin aku tanyakan pada beliau”

    maka Syaikh berkata:”Kenapa tidak engkau tanyakan pada beliau ketika
    engkau bertemu dgn beliau di Al-Bada-i?”

    Orang itu berkata:”Aku tidak bertemu dgn beliau”

    Syaikh berkata:”Aku melihat sendiri engkau berbicara dgn beliau dan
    memberi salam kpdnya”

    Orang itu berkata:”Engkau mempermainkan orang yg lebih tua dari orang tuamu!”

    Syaikh tersenyum dan berkata kpdnya:”Shalat Ashar-lah di mesjid ini (Jami’
    Unayzah) nanti engkau akan melihat beliau”

    Orang itu pergi tanpa mengetahui bahwa tadi dia sedang berbicara dgn
    Syaikh Ibn Utsaimin sendiri.

    Setelah dia selesai shalat Ashr, orang itu melihat Syaikh didepan selesai
    mengimami shalat jama’ah, maka dia bertanya (pada orang lain) tentang
    beliau, dan diberitahukan kpdnya bahwa Syaikh itu adalah Syaikh Ibn
    Utsaimin. Maka orang itu mendekati Syaikh dan meminta maaf karena tidak
    mengenali beliau tadi(diperjalanan), kemudian dia menyampaikan
    pertanyaannya. Syaikh pun menjawab pertanyannya, dan orang itu mulai
    menangis memohon kpd Syaikh.

    (Al-Jami’ li Hayaat Al-`Allamah Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin – p.38)

    bersambung insyaAllah...

    Jawaban pasti kode NC1253HZ6 dari Deddy Corbuzier, Juara Piala Dunia 2010

    Di tengah perhelatan sepakbola akbar yakni FIFA Piala Dunia 2010 Afrika Selatan™ ada berita hot yang menarik dikalangan pecinta bola, 30 hari sebelum Final, Deddy Corbuzier DC meramalkan SIAPAKAH YANG AKAN MENJADI JUARA PIALA DUNIA 2010? Menurut berita yang beredar, DC memberikan 2 clue yakni kode NC1253HZ6 dan Negara Beriklim Dingin. Apa jawaban dari kode itu? Check This Out!
    Di Twitter nya si Deddy Corbuzier ngepost " As promised! Here is the CLUE of the winner of FIFA WORLD CUP: NC1253HZ6 decript this code and ull know my prediction! It will correct 100%"
    NC1253HZ6

    = N + C + 1253 + HZ6

    N=North=Utara ---> Letak negara nya di utara
    C=Christianity ---> Mayoritas penduduknya (63%)
    1253 = angka yg menunjukkan letak negaranya. Karena letaknya di utara, disesuaikan dengan letaknya menurut garis lintang utara.
    52°-31° lintang utara.
    H=Horst Köhler ---> president resmi terakhir yg dipilih melalui pemilu
    Z=zurücktreten ---> artinya mengundurkan diri
    6= 6 tahun

    Jawabannya Jerman. Letaknya di utara, 52°-31° lintang utara. 63% penduduknya Christianity. Horst Köhler dilantik tanggal 1 juli 2004, pada pemilu 23 mei 2009, terpilih kembali menjadi president. Horst Köhler mengundurkan diri yang dalam bahasa jerman zurücktreten setelah menjabat president selama hampir 6 tahun pada tanggal 31 mei 2010.

    Bagaimana menurut anda sekalian?

    Kalau Jerman menang atas Argentina (sekali lagi) gw yakin ma prediksi itu!!!
    PENTING! Katanya DC, negara beriklim dingin ---> JERMAN
    sejak awal DC berniat menunjukan Clue yakni Frozen In Time, Deddy di kubik ES (daerah yg dingin) selama 11 jam
    KUAT BANGET KALAU ITU JERMAN..
    Anda PERCAYA...??????


    from: postingan FB Boboth Forza Azzuri

    Selasa, 06 Juli 2010

    Hakim Garis Jerman-Inggris Sedih Karena Salah

    Viola Kurniawati - Piala Dunia

    Jakarta - Hakim garis yang "bertanggung jawab" atas kontroversi pertandingan Jerman-Inggris di babak 16 besar mengungkapkan situasi ketika tembakan Frank Lampard di menit 39 tidak diputuskan sebagai gol.

    Mauricio Espinosa ikut disalahkan bersama wasit Jorge Larrionda, oleh keputusan mereka yang tidak menganggap gol tendangan keras Lampard, padahal bola cukup jauh melewati garis gawang Manuel Neuer.

    Espinosa mengaku dirinya luput mengamati posisi jatuhnya bola karena terjadi begitu cepat. Ia tidak memberi isyarat terjadi gol, dan Larrionda pun melanjutkan pertandingan. Inggris kalah 1-4 dalam pertandingan tersebut.

    "Itu adalah tembakan yang sangat cepat sehingga saya tidak bisa melihat dengan jelas, walaupun posisi saya tepat," ujar sang hakim garis kepada harian El Pais.

    "Kami baru menyadari apa yang terjadi setelah melihat (siaran ulang) TV. Saya sangat sedih karena kami sudah mempersiapkan begitu lama untuk Piala Dunia."

    Espinosa dan Larrionda akhirnya membayar kesalahannya dengan tidak lagi diikutsertakan lagi sebagai ofisial di sisa turnamen. Pria asal Uruguay ini juga telah dipulangkan oleh FIFA dari Afrika Selatan.

    "Hal seperti ini bisa terjadi kepada siapa saja. Sialnya itu terjadi pada kami. Anda hanya harus bisa menerimanya. Hidup harus jalan terus," imbuhnya.

    Larrionda sendiri sewaktu melihat tayangan ulang insiden itu di ruang ganti, saat jeda babak pertama, dilaporkan sampai berseru "Oh, Tuhan!", pertanda ia menyadari kesalahannya itu.
    detik.com

    Yunahar Ilyas: Berhenti Merokok Sehari Bisa Bangun 360 Buah Masjid

    YOGYAKARTA (voa-islam.com) – Ketua PP Muhammadiyah Prof Dr H Yunahar Ilyas dalam sesi Tanggapan PP Muhammadiyah Ahad Malam (04/07/2010) menjelaskan tentang munculnya fatwa rokok, karena dipertanyakan beberapa daerah. Yunahar menerangkan salah satu pertimbangan keluarnya Fatwa haram ini karena pertimbangan kesehatan dan juga pertimbangan sosial ekonomi.

    Menurutnya secara kesehatan Indonesia sudah mengkhawatirkan karena jumlah perokoknya nomor tiga di dunia setelah Cina dan India. Sedangkan dalam kacamata ekonomi menurut Yunahar merokok adalah pemborosan. Menurutnya setiap hari biaya yang keluar untuk merokok 360 milyar rupiah. “Kalau para perokok bisa berhenti sehari, bisa bangun 360 buah masjid senilai satu milyar” kata Yunahar.

    Tentang kedudukan Fatwa yang merupakan fatwa Majelis Tarjih secara keseluruhan, belum sampai tahap Putusan yang merupakan hasil Munas. Kedudukan ini membawa implikasi bahwa fatwa rokok ini mengikat secara hukum keagamaan bagi yang menerima tapi tidak mengikat secara organisasi. “Artinya yang yakin dan setuju dia terikat, yang tidak setuju silakan mengemukakan alasan yang lebih kuat dan disampaikan Majelis Tarjih.” katanya.

    ...Kalau para perokok bisa berhenti sehari, bisa bangun 360 buah masjid senilai satu milyar, kata Yunahar..

    Pada sesi tanggapan dari Pimpinan Wilayah, PWM NTB sempat menyatakan imbauannya untuk para Pimpinan Wilayah apabila ada hal yang sudah menjadi keputusan pusat seperti contohnya fatwa haram merokok bersikap sami’na wa’atho’na. Bukan sebaliknya ketika ada yang tidak setuju dengan keputusan fatwa tersebut malah menentangnya. [taz/arif]

    Kamis, 01 Juli 2010

    Nonton Bola, Tetap Sholat Jamaah Ada Masjid Bergerak di Saudi

    RIYADH (voa-islam.com): Bertepatan dengan dimulainya Piala Dunia di Afrika Selatan sebuah truk dilengkapi dengan keperluan sholat mulai melintasi jalan-jalan di ibukota, Riyadh, Arab Saudi terutama di Jalan Tahlia, yang rame dengan kafe dan restoran mewah yang sangat diminati para pemuda yang ingin menyaksikan Piala Dunia, yang sebagiannya berbenturan dengan waktu sholat.

    Untuk kenyamanan pengunjung tempat-tempat yaitu bisa menggabungkan antara kesenangan menonton dengan tidak ketinggalan sholat, maka Badan Amar Ma'ruf Nahi MUngkar cabang Riyadh memutuskan untuk mempersiapkan satu truk dengan tujuan percobaan yang bisa diteruskan disebut "masjid bergerak" yang melintasi jalan penting di ibukota untuk mempromosikan syiar sholat di kalangan kaum muda.

    Mobil dengan biaya sekitar 20000 dolar, menurut jurubicara Badan tersebut cabang Riyadh Turki Alshaleyl dilengkapi dengan menara yang naik secara otomatis selama sholat, di samping sejumlah keran air keluar untuk berwudu, dan karpet-karpet untuk sholat, tidak ketinggalan pula mobil tersebut disertai dengan imam sholat.

    Alshaleyl menjelaskan bahwa gagasan tersebut diterapkan untuk satu jalan saja supaya bisa diperluas di bagian lain di Arab Saudi oleh Komisi Badan Amar Maruf Nahi Mungkar (polisi agama), dan menjelaskan bahwa gagasan tersebut bertepatan dengan Piala Dunia.

    Minat para pemuda:


    Alshaleyl menegaskan bahwa "gagasan masjid berjalan mendapatkan sambutan yang tinggi dari para pemuda lebih dari yang diharapkan yang tadinya hanya disiapkan untuk percobaan," dan menjelaskan bahwa apa yang dilakukan masjid-masjid ini adalah menyediakan kesempatan dan persediaan untuk shoalt tanpa ada kalimat nasihat apapun.

    Dengan bahasa sederhana Alshaleyl menambahkan bahwa percobaan juga datang sebagai bab "berusaha untuk mempromosikan kepercayaan antara Badan tersebut dengan masyarakat Saudi, jauh dari gambaran yang dibayangkan oleh sebagian orang tentang Komisi tersebut bahwa misinya untuk menghentikan orang-orang yang menyelsisihi beberapa aspek syariah, melainkan diantara tugasnya adalah dakwah kepada Allah dan mencari pahala di dalamnya."

    Ide ini bukanlah eksklusif bagi Badan tersebut di Riyadh saja, tapi telah didahului sebelumnya oleh sejumlah kantor-kantor dakwah yang terkait dengan Kementerian Wakaf Dakwah dan Bimbingan, Arab Saudi dua tahun lalu, ketika mereka menerapkan ide "musholla bergerak" di musim panas, terutama di daerah pesisir (Jeddah dan Dammam) yang memperoleh sambutan yang meningkat dari wisatawan lokal.

    Ketika itu truk musholla bergerak berputar dari waktu shalat Ashar sampai shalat subuh, tapi gagasan ini meskipun berhasil belum disahkan oleh Menteri Waqaf Saudi dan tidak diteruskan setelah itu.

    Tapi ini gagasan ini cocok dengan sebagian "dai yang mengharap pahala Allah" dengan mempersiapakan kendaraan mereka sendiri dengan karpet sholat, air, teko air wudhu, dan speaker, dan diawasi oleh sejumlah dai yang selalu melakukan keliling dakwah pada perkumpulan anak muda di dermaga dan pertemuan pemuda.

    Mereka menyeru mereka untuk sholat ketika masuk waktunya dan menyiapkan sebuah tempat dengan karpet dan menyediakan air untuk mereka yang ingin wudhu kemudian setelah sholat mereka tausiyah singkat diikuti dengan pembagian hadiah dan kaset dakwah.

    (ar/aljazeera)