JAKARTA (voa-islam.com) – Umat Islam seluruh Indonesia diimbau untuk menera ulang (meluruskan) arah qiblat hari Jum’at 16 Juli 2010 pukul 16.27 WIB. Dalam ilmu falaq (astronomi), hari ini dikenal dengan yaum rashdil qiblah (hari untuk mencocokkan arah qiblat), karena matahari tepat berada di atas Ka’bah. Berdasarkan data hisab MUI, Muhammadiyah dan Nadhlatul Ulama, yaum rashdil qiblah terjadi Jum’at sore, 16 Juli 2010.
Berdasarkan data hisab ini, MUI mengimbau kepada pra pengurus masjid di seluruh Indonesia, untuk keakuratan arah ibadah shalat.
“Daerah mana pun yang mampu menerima sinar matahari pada jam itu (pukul 16.27 WIB, red.), kita bisa sederhana menera arah qiblat. Arah lawan bayangan itulah arah qiblat berada, karena jam itu posisi matahari tepat berada di atas Ka’bah,” ujar Sekretaris MUI Asrorun Niam, Kamis (15/7/2010).
Tepat pukul 12.27 waktu Arab Saudi, posisi matahari tepat berada di atas Ka’bah, adalah saat yang tepat bagi umat Islam di seluruh dunia untuk meluruskan atau menera ulang arah qiblat.
Khusus bagi umat Islam Indonesia, pukul 12.27 waktu Arab Saudi itu bertepatan dengan pukul 16.27 WIB. Jika pada bagian Indonesia tengah dan timur pada waktu itu masih bisa menerima sinar matahari, maka masjid-masjid di daerah itu bisa melakukan tera ulang dengan toleransi kurang lebih 5 menit.
“Tepatnya 16 Juli dengan waktu toleransi H-2 sampai H+2 juga masih akurat. Toleransi waktu plus minus 5 menit masih akurat,” imbuhnya.
Dengan imbauan ini MUI meminta para pengurus masjid di Indonesia untuk melakukan tera ulang arah kiblat dengan memanfaatkan momentum ini. Momentum pertama untuk menera ulang Ka’bah pernah terjadi dua bulan lalu, tepatnya tanggal 28 Mei 2010 pukul 16.18 WIB. Dalam ilmu falak (astronomi), hari itu disebut dengan yaum rashdil qiblah (hari untuk mencocokkan arah qiblat).
“Secara otomatis konsekuensi tentang qiblat kita minta kepada masyarakat muslim pengurus masjid menera ulang melalukan ijtihad sederhana menentukan arah qiblat. Yang paling penting seandainya arah masjid kurang pas, tidak serta merta membongkar masjid, tinggal geser saja sajadahnya,” ungkap doktor Hukum Islam ini.
Jika arah qiblat salah, geser shafnya, jangan bongkar masjidnya
Data terjadinya rashdul qiblat besok Jum’at juga diaminkan oleh Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Peristiwa roshdul qiblat akan membantu umat Islam dalam meluruskan arah kiblat dengan cara yang sederhana, karena pada momen itu matahari benar-benar berada di atas Ka’bah sehingga segala sesuatu yang berdiri tegak bayangannya menuju kiblat. Karenanya, PBNU mengimbau umat Islam agar meluruskan arah qiblat besok Jum’at.
“Harap kaum muslimin dapat memanfaatkan peristiwa ini untuk mengukur arah kiblat di rumah masing-masing, musholla dan masjid setempat,” imbau KH Ghazalie Masroeri, Ketua Lajnah Falakiyah PBNU, di Jakarta, Kamis (15/7).
Kiyai Ghazali menambahkan, jika dalam pengukuran ditemukan ada musholla dan masjid yang belum lurus arah kiblatnya, tidak perlu memunculkan opsi membongkar musholla atau masjid.
“Perlu kami sampaikan berulang kali, apabila belum lurus, jangan dibongkar bangunannya tapi diluruskan shafnya saja,” katanya.
Pada momen rosdul kiblat ini Lajnah Falakiyah PBNU juga mengimbau jajaran Lajnah Falakiyah di seluruh indonesia untuk mempelopori Gerakan Peduli Rosydul Qiblat (GPRQ) kedua untuk melanjutkn sukses GPRQ pertama bulan Mei yang lalu.
Perbedaan waktu roshdul kiblat antara Jakarta dan daerah lainnya di Indonesia tidak terlampau jauh, berbeda dengan waktu sholat. ”Paling-paling berbeda 1 sampai 2 menit saja. Silakan dilihat di kalender setempat atau menghubungi ahli falak setempat,” kata Kiai Ghazali.
Mengingat waktu roshdul kiblat ini sangat singkat, sekitar 1 menit saja, Lajnah Falakiyah mengimbau pihak-pihak yang ingin mengoreksi arah kiblat untuk mempersiapkan lebih awal, misalnya dengan memasang benda tegak lurus disamping masjid yang memungkinkan terkena sinar matahari pada waktu terjadinya roshdul qiblat.
[taz/dari berbagai sumber]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar